Pada saat beres-beres malam, entah kenapa terbesit dalam pikiran bahwa saya perlu untuk menulis mengenai hubungan pribadi kita, dengan diri kita sendiri. Semakin lama, gambarannya terlihat semakin jelas. Hingga akhirnya, saya memutuskan untuk menuliskannya kedalam artikel ini.
Pemahaman kita terhadap diri kita sendiri seringkali dipenuhi oleh bias dan titik buta; berbagai aktifitas yang kita jalani, serta berbagai rutinitas yang membentuk diri kita, sukses membuat diri kita untuk menyebutnya dengan "aku". Dalam mendefinisikan "aku", kita hanyalah menilai dengan perspektif yang sudah ada sebelumnya, sehingga membuat seorang pribadi yang bernama "aku" ini merupakan sekumpulan memori yang telah kita lewati. Hingga terkadang, kita lupa untuk kembali berkenalan dengan diri kita sendiri.Â
Tanpa kita mengenal, bahkan sekedar bertegur sapa dengan diri sendiri membuat kita semakin asing. Perlahan mulai memaknai dan bersikap bahwa pribadi ini bukan merupakan satu-kesatuan yang utuh. Kita seakan-akan lupa bahwa berbagai kekurangan yang kita miliki juga merupakan suatu hal yang harus kita terima jika ingin menjadi seorang pribadi yang utuh. Misal, dengan mulai melakukan suatu hal sendiri. Entah itu kegiatan untuk memperoleh hiburan, maupun yang sekedar membahagiakan diri sendiri.Â
Ketergantungan kita terhadap orang lain seringkali membuat kita lupa untuk sesekali sowan ke diri kita sendiri. Memiliki banyak teman, dan menghabiskan waktu dengan orang lain bukanlah suatu hal yang buruk. Karena memang, sudah sepatutnya kita juga membutuhkan orang lain. Tetapi, hal tersebut seharusnya tidak membuat kita jauh dengan diri kita sendiri. Kita memerlukan waktu, momen, dan refleksi atas bagaimana kita memahami dan mau berdamai dengan diri kita sendiri.
Setidak-tidaknya, sebelum "berdamai" kita tidak sungkan untuk mulai berteman dengan diri sendiri. Bisa dengan sesekali membahagiakan diri lewat membeli kopi favorit, maupun mulai mencoba untuk bergantung kepada diri sendiri. Karena, terlepas seberapa banyak kesalahan maupun kegagalan yang kita buat, kita tetap layak untuk terus berteman dengan diri kita sendiri. Anggaplah bahwa di dalam diri kita, hanya dialah yang senantiasa menerima dan memahami kita dalam keadaan apapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H