Salah satu anugrah terbaik yang saya miliki adalah saya mempunyai kesempatan kuliah hingga lulus menyandang gelar sarjana ekonomi, kesempatan yang tidak bisa dirasakan oleh semua orang apalagi adanya latar belakang ekonomi keluarga yang kurang baik.Â
Sebagai sarjana ekonomi saya lebih memilih membuka usaha ketimbang menjadi pegawai. kebanyakan orang menganggap bahwa saya salah dalam mengambil keputusan, karena dengan gelar sarjana ekonomi yang dimiliki saya bisa berkerja diperusahaan besar dengan gaji yang cukup besar juga.Â
hal itu sebenarnya terbalik, seharusnya para sarjana ekonomi harus berani keluar dari zona nyaman menjadi karyawan atau pegawai dengan mau berwirausaha yang dapat membuka lapangan perkerjaan bagi banyak orang.Â
Jika kita mau berani membuka usaha maka secara otomatis kita dapat mengurangi angka pengangguran  minimal dua orang di Indonesia, karena kita menyelamatkan diri kita dari anggota para pengangguran dan memberikan jatah kita di tempat berkerja kepada teman-teman yang telah lama menganggur. Â
Saat ini Indonesia masih sangat minim dalam jumlah wirausaha yang ada, dimana hanya diangka 3,1% pada tahun 2016 sedangkan dibutuhkan rasio 14% pengusaha dari jumlah penduduk di negara tersebut.
Saya menyadari sebuah usaha besar tidak lahir begitu saja, diperlukan ketekunan dan kerja keras. Setelah lulus saya melanjutkan mengelola usaha milik orang tua yang sudah lama berdiri, usaha inilah yang mampu membiayai kuliah sampai saya dan saudara lulus sarjana.Â
Orangtua memiliki kantin di dalam sekolah yang letaknya tidak jauh dari rumah, kantin kami ini menyediakan makanan dan minuman ringan, alat-alat tulis serta perlengkapan sekolah hingga menyediakan juga pengisian pulsa semua oprator.
 Saat ini kantin itu hampir sepenuhnya dikelola oleh saya, orangtua hanya memantau dan memberikan masukan kepada saya mengenai tata cara mengelola usaha dengan baik. Melalui pelayanan yang prima dan kejujuran dalam memberikan kualitas barang, usaha kami semakin pesat sehingga pembeli makin ramai.Â
Saking ramainya pembeli saya tak mampu melayani mereka dengan cepat, akhirnya saya membutuhkan satu atau dua orang tenaga kerja untuk membantu saya dikantin. Saya memperkerjakan dua orang ibu rumah tangga untuk membantu saya dikantin setiap hari.Â
Setidaknya lewat usaha ini bukan keluarga kami saja yang terpenuhi kebutuhan sehari-hari, tapi dua keluarga juga kebutuhannya bisa terpenuhi melalui dua istri mereka yang berkerja membantu usaha kami.