Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://www.kliksaja.id/author/33343/Greg-Satria

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Florian Wirtz, Fantasista Jerman yang Sukses Dibangkitkan Xabi Alonso

8 April 2024   15:49 Diperbarui: 11 April 2024   07:45 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Florian Wirtz (depan-kanan) ketika berlaga di semifinal Liga Eropa 22/23 melawan AS Roma (18/5/23). sumber : INA FASSBENDER/AFP via tribunnews.com

Menderita cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) di usia 18 tahun, bisa saja menjadi mimpi buruk bagi Florian Wirtz. Ia menepi selama hampir setahun (265 hari), dengan trauma yang sangatlah besar. Tetapi Xabi Alonso tahu bagaimana menangani masalah ini, dan membentuk tim kuat di sekeliling Sang Fantasista. Hasilnya? Unbeaten Bayer Leverkusen.

Itulah kisah singkat tentang kebangkitan Florian Wirtz pada musim ini. Pemuda 20 tahun asal Jerman, sebenarnya sudah termahsyur namanya sebagai wonderkid Bayer Leverkusen pada musim 2021/2022. Namun cedera ACL pada laga melawan FC Koln, 13 Maret 2022, harus menunda semua mimpi besarnya.

Wirtz yang sedang moncer terpaksa tidak ikut serta ke Piala Dunia 2022 Qatar, padahal ia sudah masuk dalam tim utama pelatih Hansi Flick. Ia benar-benar mendapatkan badai besar dalam karier mudanya, hingga akhirnya kembali lagi ke lapangan 4 Desember 2022 seusai rangkaian operasi dan proses recovery.

ACL adalah ligamen yang menghubungkan tulang paha dengan tulang kering pada sendi lutut. Bagi pesepakbola, cedera ACL merupakan salah satu mimpi terburuk dalam karier. Musim ini duo Real Madrid, Eder Militao dan Thibaut Courtois mengalami cedera tersebut, sehingga mereka harus absen lama sepanjang musim. Contoh pemain muda yang sulit bangkit usai cedera ACL? Ansu Fati.

Bagaimana perubahan permainan Florian Wirtz hingga mampu membuatnya bangkit? Lalu apa saja treatment Xabi Alonso padanya? Mari kita bahas. 

Sisa Generasi Emas yang Berpotensi Raih Treble Winner

Dipromosikan oleh Pelatih Peter Bosz pada musim 2019/2020 di usia 17 tahun, Florian Wirtz langsung disandingkan oleh nama wonderkid yang saat itu sedang menjadi perbincangan dunia, Kai Havertz. Kedua pemain ini bersama Leon Bailey dan Moussa Diaby (keduanya kini bermain di Aston Villa) adalah talenta-talenta menjanjikan bagi masa depan Leverkusen.

Namun Die Werkself bukan tim dengan intensi juara seperti Bayern Munchen maupun Borussia Dortmund. Tawaran "uang besar" tidak bisa menahan Kai Havertz, Bailey serta Diaby untuk pindah ke Premier League. Sebenarnya Florian Wirtz juga dihubung-hubungkan oleh Real Madrid dan Manchester United, namun cedera ACL membuyarkan rencana tersebut.

Pada musim keduanya (2020/2021) ia sukses bukukan 8 gol dan 8 assist, dilanjutkan raihan super 10 gol plus 14 assist sebelum hanya bisa bermain 28' menit saja melawan FC Koln, klub masa kecilnya. Angka gol serta assistnya pun menurun tajam seusai cedera.

Hampir setahun recovery, ia hanya bisa bukukan 4 gol dan 8 assist di era baru Leverkusen bersama Xabi Alonso pertengahan musim lalu (2022/2023).

Media pun membahas bagaimana comebacknya tidak berjalan mulus pada Desember 2022 lalu. Wirtz yang terkenal sangat lengket dengan bola, kerap kehilangan momen sentuhan awal. Ini mungkin juga disebabkan karena ia terpukul paska gagal berlaga di Piala Dunia 2022.

Nama Wirtz pun tersamar di balik punggung Xabi Alonso, yang bisa catatkan hasil bagus sejak gantikan Gerardo Seone. Ini menjadi sisi positif bagi Wirtz, karena bisa fokus men-sinergikan bakat terbaiknya di dalam pola permainan Xabi. 

Musim ini adalah ledakannya. Florian Wirtz menjadi elemen penting dalam skema 3-4-2-1 Bayer Leverkusen, yang mampu "mempecundangi" Bayern Munchen di Bundesliga dengan selisih 16 poin, berisap untuk Final DFB Pokal Mei depan, dan akan berjuang di perempatfinal UEFA Europa League (UEL) Jumat besok. 

Ya, Florian Wirtz dkk sedang berupaya mengejar treble winner di bawah kendali Xabi Alonso!

Perubahan Gaya Main Sang Fantasista

Sebagai pemain yang aslinya adalah seorang baller (sering melakukan gocekan atau footwork), cedera ACL adalah tamparan keras. Di tendon lutut inilah tumpuan kaki untuk melakukan gerak tipu cepat dengan frekuensi tinggi disuatu pertandingan.

Cristiano Ronaldo ketika dua musim pertamanya di Manchester United adalah baller sejati, karena aksi dribble dan crossover yang kerap ditunjukkannya guna menghibur penonton. Pada musim ketiga, tampaknya ia mulai sadar bahwa umur sepakbola-nya lebih penting daripada sekedar unjuk kebolehan olah bola. 

Resiko cedera ACL terlalu besar jika melanjutkan gaya main tersebut. CR7 pun berubah menjadi pemain yang lebih strict dengan satu tujuan, gawang lawan. Sekedar intermezo, Neymar jr harus cepat tutup buku karier Eropa-nya karena masalah cedera ini.

Malang bagi Florian Wirtz, ia harus alami cedera dahulu untuk membuatnya merubah gaya main. Sebelum cedera, Wirtz sering berusaha melewati dua-tiga pemain sebelum mendekati kotak penalti. Namun kini, ia punya barisan pemain yang siap membantunya sebagai satu kesatuan.

Kerap dipasang sebagai attacking midfielder kiri, Wirtz ditemani winger bertenaga, Alex Grimaldo, yang siap menyisir sisi kiri lapangan. Striker utama Victor Boniface maupun Patrik Schick juga bisa melakukan wall-pass sehingga ia tidak perlu sering-sering membawa bola di jarak 20 meter. Titipkan bolanya pada striker, mereka akan mengoper balik.

Akan saya bahas detail pada artikel berikutnya, skema main Bayer Leverkusen di musim ini sangat mirip dengan Chelsea era Antonio Conte. Dan Florian Wirtz adalah Eden Hazard-nya.

Sebagai fantasista yang mempunyai visi dan kreativitas tinggi, Xabi Alonso memberikan bala bantuan di sekitar Wirtz. Jika pemilik nomor punggung 10 ini kehilangan bola, Granit Xhaka, Robert Andrich atau Exequiel Palacios siap merebut bola kembali seperti "anjing penjaga-nya".

Di Timnas Jerman pun demikian. Dengan formasi sedikit berbeda, 4-2-3-1 ala Julian Nagelsmann, Wirtz dan Jamal Musiala dipasang sebagai duo-fantasista yang didukung pemain tengah kaliber Gundogan, Toni Kroos serta Robert Andrich. Striker Kai Havertz yang bisa drop ke bawah juga menjadi surplus pemain di sekeliling Florian Wirtz.

Masa Depan Cerah Menanti Florian Wirtz

Pada musim ini (2023/2024) Florian Wirtz sudah bukukan 14 gol dan 18 assist bagi Leverkusen, catatan terbaik sepanjang kariernya. Treatment Xabi Alonso padanya bisa dikatakan sukses besar. Masa depan cerah bagi Florian Wirtz yang kembali dihubungkan dengan tim-tim besar Eropa.

Kotraknya akan habis pada Juni 2027. Dengan usia masih 20 tahun serta kepastian bermain di Champions League musim depan, sebenarnya tidak ada urgensi dia untuk pindah.

Xabi Alonso juga sudah mengkonfirmasi untuk bertahan di Bay Arena musim depan. Dengan alasan tersebut, tawaran dari Real Madrid, Manchester United, Manchester City dan Arsenal lebih mudah ditolaknya. 

Kini fokus Wirtz tercurah di laga sisa Bayer Leverkusen dalam upaya mengejar treble-nya plus kemungkinan rekor unbeaten dalam semusim penuh. Jumat (12/4/2024) dini hari WIB, West Ham akan menjadi ganjalan hebat Leverkusen di permpatfinal UEL. Bermain di Bay Arena, Wirtz dkk harus bisa memetik kemenangan karena pasti lebih sulit perjuangan mereka di London pekan depan.

Jika bisa lewati West Ham di fase ini, AC Milan atau AS Roma siap menanti di semifinal. Kemudian, prediksi banyak pihak laga final nanti akan mempertemukan Leverkusen dengan Liverpool di Dublin. 

Bisa dicapai? Tentu saja. Apalagi Victor Boniface sudah sembuh dari cederanya usai Piala Afrika 2023 lalu.

Menyudahi musim ini, gelaran Internasional pertama akan dilakoni Wirtz di kandang sendiri, EURO 2024 Jerman. Sebagai tuan rumah tentu beban besar ada di pundak punggawa Der Mannschaft. Mereka bersaing dengan Prancis, Inggris dan Portugal yang dimasukkan sebagai kategori unggulan utama. 

Semoga sinar terang Sang Fantasista dapat terus menyala, tanpa harus redup lagi oleh cedera-cedera di masa depan. Sehingga seluruh penggemar sepakbola bisa menyaksikan penggenapan "nubuat" media-media Jerman empat tahun lalu, bahwa seorang bocah asal Pulheim akan meraih Ballon d'Or di masa depan. Dialah, Florian Richard Wirtz!

Salam olahraga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun