Hype publik yang tengah membuncah paska kemenangan back-to-back atas Vietnam di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, menjadikan PSSI berpikir melakukan "aji mumpung" untuk menjaga momentum ini. Padahal jika berbicara Timnas Kategori umur, seharusnya persiapan bisa dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya.
Juga jika membandingkan dengan negara lain, mayoritas mereka hanya memasukkan pemain level kedua untuk kebutuhan skuadnya. Karena ini bukan kalender FIFA dan hanya ajang kategori umur, Piala Asia U-23 memang tidak sepenting seperti Piala Asia.
Belum tahu juga bagaimana negara Asia lain menyikapi turnamen ini, tetapi yang pasti di Eropa tidak akan ada penundaan kompetisi liga untuk turnamen regional kategori umur. Bukankah lebih baik Timnas Indonesia punya skuad bayangan untuk melapis pemain utamanya?Â
Bisa juga loh dengan memanfaatkan kuota maksimal seperti yang dulu pernah dilakukan oleh PSSI. Misalnya dua atau tiga pemain yang maksimal bisa dipanggil dalam satu klub, tentu akan mempercepat pula pemerataan mental bertanding skala Internasional.
Mungkini ini dikarenakan kekosongan posisi Direktur Teknik Timnas Indonesia. Semua keputusan masih bergantung pada Coach STY, dan ia baru memikirkan "garapan" ini usai dua laga melawan Vietnam. Kemudian Coach STY dan PSSI berpikir bahwa daripada membangun ulang tim, lebih baik memanfaatkan pemain yang mayoritas sering dipanggil Timnas Senior.
Pasalnya, Timnas Senior Indonesia kini berisikan banyak pemain yang secara umur bisa mengikuti turnamen ini. Tapi karena bukan kalender FIFA, klub sebenarnnya berhak menolak pemanggilan pemain utamanya. Tidak akan ada hukuman.
Komunikasi kabarnya juga sudah dilakukan untuk memanggil lagi punggawa abroad seperti Ivar Jenner, Elkan Baggott, Marselino Ferdinan, Pratama Arhan, Justin Hubner dan Rafael Struick. Berpikir logis saja, Elkan dan Hubner akan sulit dipanggil karena lebih dibutuhkan timnya di Liga. Sementara yang lain masih bisa dinegosiasikan karena belum bermain di level utama.
Yang menjadi korban dengan keputusan penundaan kompetisi ini jelas adalah klub peserta BRI Liga 1. Kestabilan kompetisi yang katanya mau dibangun menjadi lebih baik, secara tiba-tiba digoyang oleh kedok "prestasi Timnas" ini.Â
Menjadi preseden yang buruk, jika ternyata tiap gelaran Olimpiade, Indonesia lolos ke Piala Asia U-23. Bisa dipastikan dengan pemikiran serupa kini, kompetisi akan terus mengalami penundaan jadwal. Akhirnya tercipta ketidakstabilan.
Jeritan Klub dan Solusi Ganti Rugi Operasional
Hingga hari ini, ada beberapa klub yang sudah bersuara terkait kabar mendadak tersebut, diantaranya Persebaya Surabaya dan Dewa United. Kedua klub ini dijadwalkan akan bertemu pada lanjut BRI Liga 1 di Gelora Bung Tomo Surabaya pada Senin, 1 April 2024.