Sudah diputuskan oleh Shin Tae-yong (STY) dan jajaran pelatihnya, bahwa Arkhan Fikri dan Adam Alis-lah 2 orang yang akan dicoret guna memenuhi kuota 26 pemain di Piala Asia. Tetapi sang pelatih asal Korsel menjelaskan, keduanya tetap akan berada di Qatar hingga seleai partai ujicoba terakhir melawan Iran (9/1)
Pengambilan keputusan ini memanglah sepenuhnya wewenang STY, dan melihat dari ujicoba sebelumnya saat takluk 0-4 dari Libya, hal ini tidak terlalu mengherankan. Meski Adam Alis bermain cukup baik dalam 45' menit babak kedua, posisinya masih bisa disubstitusi oleh Marselino Ferdinan maupun Ricky Kambuaya. Lalu Arkhan Fikri? Sempat main beberapa menit gantikan Hokky Caraka, ia harus menunggu kesempatan mendatang. Arkhan tetap harus semangat karena di usia sangat muda (19 tahun), masa depannya masih terbentang luas.
Lalu apa arti pencoretan ini? Berarti STY kini hanya mengisi lini tengah dengan 4 pemain murni, yakni Ivar Jenner, Mark Klok, Kambuaya dan Marselino. Sedangkan surplus ada di posisi sayap, dengan adanya Sadill, Struijk, Dendy, Witan, Egy dan Yakob Sayuri. Sepertinya ada indikasi STY akan memainkan lagi skema 3-4-3 atau 3-5-2 alih-alih memaksakan 4-4-2 yang gagal total di laga Selasa (2/1) lalu.
Pada laga pertama di Antalya, terlihat di masing-masing babak, kedua pemain tengah yang diturunkan tidak mampu menjaga keseimbangan tim. Klok dan Kambuaya memang lebih bertenaga dalam bertahan, tetapi hampir tidak ada progresi menyerang yang dihasilkan. Sebaliknya di babak kedua, Marselino dan Ivar Jenner mampu dalam menyerang, namun lemah dalam progresi bertahan. Penulis tidak ingin menjudge apapun di partai yang berakhir kalah kemarin, namun ingin tetap obyektif melihat, bahwa perlu orang lagi yang harus diletakkan di lini tengah.
Solusi pertama adalah dengan memainkan 3 pemain tengah, dengan 2 berposisi pivot dan 1 berposisi gelandang menyerang. Pivot bisa dimainkan dengan baik oleh Kambuaya, Klok, Ivar, maupun Sandy Walsh jika dibutuhkan. Sedangkan 1 gelandang menyerang praktis hanya sisakan nama Marselino Ferdinan. Skema yang paling cocok adalah 3-5-2, untuk flank bisa dimainkan pemain bertipe bertahan seperti Asnawi, Arhan, dan Yakob Sayuri. Duet di depan adalah seorang poacher dan seorang targetman. Struijk pasti dapatkan tempat utama, dengan Ramadhan Sananta bisa dicoba dimainkan dahulu di awal laga.Â
Solusi kedua adalah tetap dengan 4 bek, dengan varian 4-3-3 atau 4-3-2-1. Komposisi pemain tengahnya sama, hanya ada penumpukan di sisi sayap dengan ada 2 pemain mengcover tiap lebar lapangan. Meski formasi ini terlihat relevan, tetapi penulis rasa penonton akan dagdigdug terus dengan 2 bek, jika tampil seperti laga kemarin. Meski ada kualitas di tiap individu, tidak dipungkiri pemain-pemain belakang ini kurang padu. Jangan melulu salahkan Justin Hubner, karena ia mungkin baru mengenal rekan-rekannya 3 hari sebelum laga digelar.
Di posisi center-back, ada 5 nama yang resmi dibawa STY. Rizky Ridho, Justin Hubner, Jordi Amat, Elkan Baggott dan Wahyu Pras. Untuk indikasi komposisi 5 nama, biasanya pelatih akan memakai dua sebagai pemain inti, dan 3 sebagai cadangan. Karena akan riskan jika mainkan 3 pemain inti dengan 2 cadangan, kecuali, Sandy Walsh di plot untuk posisi center-back sisi kanan. Meski pilihan ini berakhir buruk di laga lawan Filipina di kualifikasi Piala Dunia 2026, ujicoba jilid ke-2 melawan Libya ini bisa jadi ajang test-drive lagi mencari komposisi terbaik. Ingat, test drive terakhir hanya di laga ini. Bukan di laga berikutnya melawan Iran! Kalau melawan Iran STY masih utak-atik, berarti adalah tanda gawat bagi perjuangan Timnas Indonesia di Qatar nanti.
Ernando Ari masih memungkinkan untuk dimainkan sebagai starter, karena ia kerap mampu menekan nervous di laga-laga penting. Masih teringat betapa ia mampu menjaga gawang Timnas Garuda saat lakoni laga melawan Argentina. Tetapi jika Syahrul Trisna yang main lagi, 100% kita yakini bahwa dialah kiper utama Timnas Indonesia.
Di sisi penyerang, 1 tempat dipastikan milik Rafael Struijk. Jika dalaman skema 2 penyerang, ia akan menjadi poacher berduet dengan Sananta atau Dimas Drajad. Tetapi jika menggunakan skema 3 penyerang, maka ia akan siap bermain di sisi kiri, dengan Sananta dan Witan sebagai pelengkapnya. Hokky Caraka akan selalu mendapatkan kesempatan di babak kedua, karena ia selalu membawa kepercayaan diri dan tidak takut dalam berduel.
Pada akhirnya, salah satu sisi terlemah dalam pertandingan pertama melawan Libya adalah kepemimpinan. Mark Klok yang didapuk sebagai kapten tim, seperti berat dalam mengakomodir tim disaat ia sendiri ditekan bertubi-tubi, terutama oleh Osama Mukhtar dan Omar Al-Khoja. Peran Asnawi, Rizky Ridho dan Jordi Amat juga dibutuhkan untuk mengangkat moral tim, baik ketika sedang tertinggal ataupun sedang unggul. Pemain-pemain yang individualis dan banyak melakukan kesalahan harus dibentak, karena itu mengganggu sirkulasi bola di dalam tim.