"Yang sepele bagimu, bisa berarti segalanya bagi orang lain"
Pada hakikatnya, semua manusia itu berbeda. Hal Itu adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Manusia dapat berbeda secara suku, ras, agama, dan golongan. Dengan demikian, bahkan bisa dibilang bahwa setiap manusia itu unik.Â
Sudah 79 tahun sejak Ir. Soekarno membacakan proklamasi kemerdekaan. Kala itu, persatuan antara golongan-golongan perwakilan daerah Indonesia, atau "Jong" merupakan kunci kemerdekaan. Persatuan dari berbagai "Jong" dari seluruh Indonesia memungkinkan tersusunnya dokumen-dokumen yang menjadi pilar fondasi Indonesia, bahkan 70 tahun kemudian.Â
Kemerdekaan merupakan salah satu pencapaian paling monumental Indonesia yang melepaskan rantai-rantai perbudakan dan eksploitasi Kolonialisme dan Imperialisme. Namun, kini Indonesia harus mengemban tugas yang lebih berat, perjuangan yang lebih sulit, yaitu untuk mempertahankan kemerdekaan. Mencapai kemerdekaan mungkin susah, tetapi yang lebih susah adalah mempertahankan persatuan dan kesatuan tersebut.
"Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri" - Ir. Soekarno
Pada kenyataannya, pernyataan Soekarno relevan dengan situasi Indonesia. Diskriminasi, perbedaan, dan konflik sering kali terjadi hanya karena perbedaan SARA, terutama agama. Akan tetapi, Indonesia masih memiliki harapan, harapan akan generasi penerusnya untuk menerapkan, menanamkan, dan menumbuhkan toleransi Indonesia. Namun, bagaimana caranya? Bagaimana generasi muda akan memupuk nilai yang begitu penting bagi keberlangsungan Indonesia?Â
Kekhawatiran Belaka
Pagi-pagi buta, saat langit berselimut gelap dan matahari belum tiba, deretan bus perlahan bermunculan di sepanjang Menteng Raya. Mereka datang entah dari mana, memenuhi parkiran dan menyebabkan kemacetan. Tidak lama kemudian, muncullah para Kanisian, menyeret koper, menggendong tas-tas aneka rupa, dan menentang barang-barang bawaan yang aneh. Â Ada yang membawa sleeping bag, gayung, dan bahkan ember mandi, seperti sedang persiapan pindah rumah.
"Muka-muka mereka begitu semangat, tetapi adapun khawatir. Sebenarnya kemanakah mereka akan pergi?"Â
Di saat sekolah lain belajar, sekelompok Kanisian kelas XII memulai perjalanan menuju Pondok Pesantren Al-Mizan dengan membawa bekal, barang-barang, dan cerita-cerita. Banyak yang sudah mendengar cerita-cerita dari peserta ekskursi sebelumnya, tetapi mereka tetap dihimbau untuk berpikir secara terbuka.Â
Ketidakpastian akan kehidupan mereka selama tiga hari ke depan benar-benar mengganggu beberapa orang sehingga memenuhi bus dengan suasana menegangkan. Namun, kekhawatiran tersebut lenyap di saat mereka menginjakkan kaki di Pondok Pesantren Al-Mizan.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!