"Time is the most valuable thing a man can spend" - Theopastrus
Pada hakikatnya, semua usaha membutuhkan waktu dan tenaga, padahal waktu sangat berharga dan tidak bisa diputar balik. Oleh karena itu, setiap manusia berhak mendapatkan imbalan yang setimpal atas kerja kerasnya.Â
Pemotongan aplikasi yang tidak kira-kira menghalangi mitra mendapatkan hak tersebut, padahal penghasilan tidak sebanding dengan keuntungan perusahaan. Pada demonstrasi sebelumnya, driver ojek online menjelaskan bahwa pemotongan kini berkisar pada 20 persen, sebelumnya hanya 10 persen.Â
Meskipun tarif layanan kurir ojol disesuaikan peraturan Menkominfo No. 12/201, menurut para pengemudi, peraturan tersebut justru memberikan hak manipulasi dan penentuan tarif kepada perusahaan. Dengan kata lain, aplikasi bebas menentukan harga tanpa mempertimbangkan biaya operasional, asuransi, uang sewa aplikasi, dan biaya lainnya.
Permasalahan ini sudah bertahan lama, menuai kritik dan tanggapan dari beberapa pihak. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Daring Garda Indonesia Igun Wicaksono, "Bagi kami sudah tidak sesuai, tidak layak lagi untuk kami bisa mencari nafkah di di ojek online seperti saat ini."
Masalah yang berkelanjutan akhirnya mendorong mitra-mitra ojek online untuk mengunjuk rasa pada Kamis, 29 Agustus 2024 lalu di kawasan Patung Kuda Arjuna Wijaya, Jakarta Pusat.Â
"Pengantaran barang dan food, terutama di food ya ada beberapa program aplikator sungguh tidak manusiawi, dari Rp 6.000 ada yang Rp 5.000 ada yang Rp 7.000. Dengan tarif seperti itu apakah mungkin menghadapi kehidupan zaman sekarang?" -- Muhammad Rahman dari divisi hukum Koalisi Ojol Nasional (KON)
Rahman juga menjelaskan bahwa, meskipun pemerintah sudah menetapkan batasan atas dan bawah untuk jasa pengantaran orang, terdapat perang harga pada sektor pengantaran makanan (F&B) dan barang (send). Pada umumnya, layanan menghasilkan Rp5.000,00 hingga Rp7.000,00, padahal untuk jarak terpendek pengantaran penumpang (0--5 km) masih mendapatkan Rp10.400,00.
Kondisi mitra ojek online yang memprihatinkan bertolak belakang dengan keuntungan besar yang diraup perusahaan. Mengapa perusahaan ojek online meraup keuntungan triliunan, sedangkan para mitra harus menderita dengan penghasilan yang tidak sebanding? Mitra-mitra ojek seakan-akan digunakan sebagai budak dalam perusahaan, hanya sebagai sarana untuk meraih keuntungan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya mereka diberikan imbalan yang sesuai.Â
Mitra-mitra ojek juga manusia, mereka membutuhkan penghasilan. Dalam konteks upah dan pemotongan, merekalah kelompok yang tereksploitasi oleh perusahaan. Oleh karena itu, sebagai sesama manusia dan WNI kita dapat melakukan beberapa hal:
- Sebarkan Dukungan di Media Sosial
Manfaatkan Instagram untuk menyuarakan dukungan dan membuka mata banyak orang terhadap perjuangan mitra ojek online. - Mendukung dari Hal-Hal Kecil
Sebagai pengguna layanan, saya dapat membantu kelancaran ojek online dengan datang tepat waktu di titik jemput, sehingga menghindarkan mereka dari kehilangan waktu produktif. Ini menjadi langkah sederhana untuk menjaga produktivitas dan pendapatan mereka. - Gestur Kecil yang Berdampak Besar
Jika kita membuat pengemudi menunggu, pemberian tip kecil bisa menjadi bentuk apresiasi yang berarti bagi mereka. Dukungan ini dapat membantu mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan lebih baik.