Mohon tunggu...
Dr. Gregory Budiman. M.Biomed
Dr. Gregory Budiman. M.Biomed Mohon Tunggu... Dokter - Dokter dan Pengamat Kebijakan Bidang Kesehatan

Staf Pengajar PNS di Dept. Anatomi FKUI, Ketua Yayasan Anatomi Indonesia, anggota Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia (th.200-2012). Seorang dokter umum yang melayani di daerah Johar Baru (th.2000-2013) dan Tangerang (th. 2007-sekarang). Relawan PKM Bugel, Karawaci. Tangerang. Dr. Greg juga aktif dalam mengkampanyekan Skin Care Sehat yang Aman dan Rasional. Owner brand produk Get Beauty dan layanan jasa Get Beauty (HKI). http://www.getbeautyskincare.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Mudah Tertipu Pseudosains!

28 April 2011   01:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:19 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini banyak orang yang muncul seolah-olah menjadi ahli dalam suatu bidang disiplin ilmu tertentu hanya untuk mencari keuntungan market semata-mata. Sebagai contoh yang sedang marak sekarang ini adalah teori aktivasi otak tengah yang mengklaim dalam 1-2 hari seorang anak dapat menjadi seorang yang jenius bila diaktivasi otak tengahnya. Beberapa trend lain juga saya masukkan dalam kategori pseudosains seperti terapi urin, food combining, diet berdasar golongan darah, iridology, dan beberapa metode pengobatan alternatif lainnya.Apakah pseudosains itu? Pseudosains adalah konsep dan teori yang diungkapkan dengan bahasa teori ilmiah namun sebenarnya teori tersebut hanya dibuat-buat dan tidak didukung oleh langkah-langkah kajian ilmiah yang benar.

Teori aktivasi otak tengah: mengklaim bahwa aktifasi otak tengah dapat meningkatkan kecerdasan berfikir, emosi dan motivasi seseorang. Kenyataannya adalah: otak tengah tidak memiliki fungsi berpikir, emosi, dan motivasi. Otak tengah yg merupakan bagian dari batang otak memiliki fungsi otak primitive yaitu mekanisme pertahanan diri dan refleks-refleks pada fungsi vegetative. Sedangkan kemampuan berpikir, proses belajar, dan memori terutama terletak pada korteks dan subkorteks.“Teori otak tengah sudah jelas penipuan. Dengan berpikir atau bertanya sedikit,setiap orang bisa tahu bahwa ini adalah penipuan. Namun orang Indonesia itu malas bertanya dan ingin yang serbainstan. Termasuk kaum terpelajar dan orang berduitnya. Jadi kita gampang sekali jadi sasaran penipuan. Bahkan, saya pernah memergoki, di sebuah gedung pertemuan (kebetulan saya ke sana untuk keperluan lain), sebuah pelatihan diselenggarakan oleh sebuah instansi pemerintah yang judulnya “Meningkatkan Kecerdasan Salat”. Semuanya dijual sebagai pelatihan dengan biaya (istilah mereka “biaya investasi”) yang mahal. Ini sudah masuk ke masalah membohongi publik, sebab mana mungkin dengan satu pelatihan selama dua hari seorang anak bisa disulap menjadi jenius yang serbabisa, bahkan bisa melihat di balik dinding seperti Superman”. (Prof. Sarlito Wirawan/ Psikologi UI)

Terapi urin: menjadi tren 10 tahun yang lalu, sampai buku terapi urin banyak diterbitkan dan didisplay di Gramedia. Namun sekarang tampaknya trennya sudah berakhir, tidak ada lagi orang yang mau minum urin paginya. Pada kenyataannya urine (air kencing) adalah hasil eksresi (buangan) dari tubuh manusia yang tidak lagi dibutuhkan oleh tubuh manusia.

Food combining dan diet berdasar golongan darah: teori food combining mengungkapkan bahwa makan karbohidra harus terpisah dari protein dan lemak.Pagi makan karbohidrat, siang lemak, malam protein. Makan buah dan sayuran harus dalam keadaan perut kosong. Pada kenyataannya, teori food combining dan diet berdasar golongan darah tidak memiliki dasar ilmiah yang benar dan tidak diakui oleh para ahli gizi di perguruan tinggi. Saluran cerna manusia mengeluarkan enzim2 untuk pencernaan KH, protein, dan lemak secara bersama-sama sehingga tidak perlu adanya pemisahan zat makanan. Pemberian buah dan serat dalam keadaan perut kosong dapat menyebabkan iritasi pada saluran cerna dan hal ini menyebabkan tidak terbentuknya feses yang bagus konsistensinya.

Beberapa pengobatan alternative lainnya seperti iridologi (diagnosis penyakit sitemik dengan melihat warna dan tekstur dari iris mata), palpasi pada bagian tubuh tertentu untuk mendiagnosis adanya kelebihan asam urat, fungsi liver, fungsi ginjal, dll, merupakan pseudosains yang tidak didukung oleh langkah-langkah berpikir ilmiah dan evidence based.

Oleh sebab itu, berhati-hatilah dengan tawaran-tawaran produk pseudosains yang menggiurkan yang seolah-olah ilmiah namun tidak demikian kenyataannya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun