Mohon tunggu...
Gregory WilliamSutjipto
Gregory WilliamSutjipto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA Santa Ursula BSD

Pegiat film yang tertarik pada produksi film dalam negri.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Cinta Satu Malam, Kebetulan atau Takdir?

25 Maret 2024   16:45 Diperbarui: 25 Maret 2024   16:50 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Identitas film One Night Stand
1. Sutradara: Adriyanto Dewo
2. Produser: Perlita Desiani
3. Ditulis oleh: Adriyanto Dewo

4. Pemeran: Jourdy Pranata, Putri Marino, Elang El Gibran, Agnes Naomi, Tegar Strya, Ruth Marini, Eduwart Manahu, Gilbert Pattiruhu

5. Penata Musik: Alvin Callysta
6. Cinematigrapher: Tri Adi Prasetyo
7. Penyunting: Arifin Cu'unk

8. Perusahaan produksi: Relate Films
9. Tanggal Rilis: 26 Novemer 2021 (Bioskop Online)

10. Durasi: 80 menit
11. Negara: Indonesia

12. Bahasa: Bahasa Indonesia

Istilah "One Night Stand" secara umum berarti hubungan satu malam dengan orang yang baru dikenal. Dari judul saja, film One Night Stand menggambarkan nuansa dewasa yang gamblang. Film peraih nominasi Piala Maya dan pemenang Festival Film Bandung ini tidak hanya menyajikan kehidupan dewasa, melainkan cerita penuh makna tentang pertemuan dan perpisahan. Siapa sangka, bahwa pertemuan antara Ara dan Lea yang dilakukan secara tidak sengaja dalam suasana duka dapat berujung pada kisah bahagia bagi keduanya atas pertemuan satu malam. Kebahagiaan sebagai pembelajaran yang tidak hanya bertahan selama 1 malam lamanya, namun bertahan sebagai prinsip dalam mengambil langkah berikutnya dalam kehidupan. Namun, seperti apakah  mereka saling mengubah cara pandang satu sama lain terhadap dunia? Seberapa besar pengaruh Lea membawa pengaruh dalam kehidupan Ara sejak pertemuan itu? 

Ide ciamik ini ditulis oleh Adriyanto Dewo, menjadi sutradara dalam produksi film One Night Stand. Ardyianto mengaku pembuatan film ini dilatarbelakangi oleh keinginannya membuat film yang berisi kisah nyata di dalam kehidupan bermasyarakat. Ardyianto ingin menyampaikan pesan bahwa sesingkat apapun pertemuan, dapat menjadi hal yang berkesan dan dapat mengubah kehidupan seseorang pada langkah berikutnya. Dengan latar belakang kedua tokoh yang sangat berbeda dan belum pernah bersinggungan membuat pesan dari film ini semakin tersampaikan, bahwa pertemuan yang berkesan dapat mengubah kehidupan seseorang. 

Dibuka dengan adegan dewasa antara Ara dan pasangannya di dalam mobil pada sebuah jalan, penonton seolah diberikan isyarat bahwa film ini akan mengandung unsur-unsur dewasa lainnya. Pembuka ini menjadi kontradiktif mengingat latar cerita ini berada di Yogyakarta, yang dikenal kental akan budaya Jawa serta norma-norma dan nilai-nilai sosial. Namun, dewasa ini telah terjadi pergeseran budaya terkait dengan perilaku kawula muda yang menjadikan Yogyakarta sebagai tempat dengan tingkat seks bebas tertinggi di Indonesia (Viva, 2022).

Perilaku tersebut termasuk ke dalam kenakalan remaja. Berdasarkan penelitian pada tahun 2010 (Rofikah, 2019), didapatkan data bahwa peristiwa broken home dapat mempengaruhi mental seorang anak dan menyebabkan ia melakukan kenakalan remaja. Hal ini tercermin dalam adegan disaat Lea bercerita bahwa ayahnya meninggalkan dirinya sehingga meninggalkan luka mendalam baginya. Perginya ayah Lea menyebabkan ketidakstabilan emosi dalam diri Lea, sampai-sampai ia tidak dapat menangis lagi. Selain itu, Lea juga melakukan berbagai kenakalan remaja yaitu seks bebas karena merasa tidak ada yang melarangnya. Hal ini juga berkaitan dengan absennya eksistensi sang ayah, yang seharusnya berperan sebagai penjaga Lea.

Film ini menerapkan konsep-konsep kontradiktif yang cukup menarik perhatian penonton, salah satunya adalah saat Ara harus menghadiri acara pemakaman dan acara pernikahan dengan suasana yang bertolak belakang. Selain adegan tersebut, terdapat percakapan antara Ara dan Lea yang berdebat mengenai pertemuan-pertemuan manusia termasuk ke dalam pertemuan atau takdir. Lea percaya bahwa segala hal yang terjadi merupakan kebetulan, sedangkan Ara percaya sebaliknya. Hal-hal kontradiktif yang disajikan pengarang memunculkan sudut pandang pemikiran baru bagi penonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun