Mohon tunggu...
gregorius winarno
gregorius winarno Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Suka jalan-jalan, menggeluti pendidikan, dan pemerhati humaniora

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Penerbangan Wisata, Delay dan Mogok Kerja

16 November 2014   04:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:42 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak lama lagi liburan akhir tahun tiba. Tentu segala persiapan sudah disiapkan sejak jauh-jauh hari. Apalagi jika berencana liburan ke negara lain. Tiket, akomodasi, rangkaian acara wisata, peta, buku dan segala keperluan lain pasti sudah masuk “check list” Anda. Tentu semua orang ingin acara liburan lancar dan menyenangkan. Namun, siapkah Anda dengan hal-hal tak terduga yang mungkin saja terjadi? Misalnya, pesawat delay entah karena mogok kerja atau faktor tehnis lain?

Delay

Belum lama ini ada keponakan yang berusia 12 tahun bersama rombongannya yang kudu menunggu pesawat lebih dari 10 jam sebelum jadi berangkat ke Korea. Jadwal berangkat 11:00 malam. Pesawat pengganti baru tersedia jam 9:00 pagi keesokan harinya. Selama menunggu tak ada kepastian kapan pesawat akan berangkat. Barangkali mendengar kisah ini saja sudah stress, apalagi mengalami sendiri. Namun, pihak penerbangan rupanya sangat peduli dengan pelanggan. Sebagai kompensasi, keponakan akhirnya mendapat ganti pesawat dari salah satu maskapai terbaik dunia. “First class” lagi.

Pengalaman agak berbeda dialami seorang sahabat yang berliburan keliling Eropa. Rencananya ia dan keluarganya naik kereta Thalys dari Paris ke Amsterdam (via Brussels). Tapi, ia terpaksa memutuskan naik mobil dari Paris ke Amsterdam karena ada pemogokan petugas kereta di Brussels. Semua penumpang diminta antre tiket untuk jadwal keesokan harinya. Tak ada kompensasi dari pihak kereta api.

Tentu ganti moda angkutan dari kereta ke mobil bukan hal mudah. Namun, menurutnya ini keputusan terbaik. Mengingat antre pun belum tentu dapat tiket. Selain itu, semua hotel, akomodasi di Amsterdam sudah dipesan.

Mogok

Pengalaman serupa juga kami alami saat liburan sekolah silam. Rute kami Jakarta-Marseille. Karena pakai Lufthansa, kami transit di Kuala Lumpur dan Frankfurt, Jerman.

Pagi itu, setelah  menempuh perjalanan belasan jam, akhirnya kami tiba di bandara Frankfurt. Pukul 07:00 pagi. Cuaca agak mendung. Di bandara ini kami transit sebentar sebelum menuju Marseille. Yang kami tuju kota kecil Aix-en-Provence yang letaknya tak jauh dari Marseille.

Begitu sampai di Frankfurt, seperti prosedur biasa, semua penumpang yang akan transit diminta turun lapor imigrasi. Kami pun melakukan hal yang sama: Cek imigrasi. Paspor diperiksa. Barang-barang di kabin diturunkan. Persis seperti prosedur di bandara internasional lain. Pemeriksaan lancar, kami melenggang ke ruang tunggu bersiap boarding ke pesawat berikut. Dengan naik bus, kami tiba menuju pesawat Lufthansa yang lebih kecil yang melayani Frankfurt-Marseille.

Cuaca cukup panas. Semua tampaknya beres. Meski agak terlambat, pilot akhirnya membawa pesawat terbang menuju Marseille. Setelah terbang 1,5 jam di udara, pilot memberikan pengumuman: ada pemogokan di Marseille. Pesawat kudu balik ke Frakfurt. Kami masih belum “ngeh” sampai akhirnya pramugari memberikan informasi bahwa pesawat harus kembali ke Frankfurt karena ada pemogokan di bandara Marseille. (Belakangan lewat media online, kami tahu petugas menara kontrol di bandara Marseille mogok kerja.)

Tanggung Jawab Maskapai

Letih karena sudah belasan jam, kami turun dari pesawat. Mulanya bingung harus ke mana. Akhirnya kami ikut rombongan penumpang mendatangi loket informasi. Di sana ada seorang petugas memberitahu kami harus urus tiket lagi di loket yang ada di bagian Kedatangan. Antre lagi. Akhirnya, kami dapat nomor antrean seratus sekian. Setelah menunggu antrean kurang lebih 1 jam, kami pun tiba di konter check-in.

Masalah beres? Ternyata, seat untuk ke Marseille hari itu sudah penuh. Menurut petugas, kami berempat bisa berangkat hari itu namun turun di Nice. Meski masih di Perancis, kami menolak. Karena turun di Nice kemudian baru ke Marseille, situasi belum tentu lebih mudah.

Begitu kami menolak, si petugas buru-buru memberi informasi. Tersedia seat buat kami berempat namun berangkat besok pagi. Itu pun harus lewat Munich. Perkiraan sampai Marseille jam 13:00. Apa mau dikata? Mau maki-maki dan menggerutu pun tak akan mengubah apa-apa. Akhirnya, kami sepakat berdamai dengan situasi. Berangkat ke Marseille besok pagi dengan transit di Munich. Tak lupa memberitahu kerabat di Marseille soal delay ini.

Sebagai ganti situasi tidak menyenangkan ini, pihak maskapai  memberi kami kompensasi. Voucher makan siang, dan voucher menginap di hotel terdekat bandara. Urusan tiket kelar pukul 15:30 waktu setempat. Tanpa menunda-nunda, kami segera menuju food-court. Ternyata urusan ini melelahkan juga.

Bagaimana soal bagasi? Petugas memastikan semua aman. Besok bagasi sudah diatur sesuai tujuan kami. Dan jaminan ini memang bukan omong kosong. Sewaktu ke hotel kami hanya membawa tas dan koper kabin. Beruntung kami sudah berjaga sejak awal untuk menaruh baju secukupnya dalam koper atau tas kabin.

Jam 16:00 kami check-in hotel. Umumnya fasilitas OK. Tersedia wi-fi, kamar hotel bersih dan nyaman, transfer bus dari hotel ke bandara pulang pergi cukup bagus. Karena kelelahan, kami memutuskan tak pergi ke mana-mana. Istirahat saja. Malam hari, kami menikmati makan malam di hotel.

Keesokan harinya kami bergegas ke bandara ambil pesawat jam 08:00. Tiba di Munich jam 10:00. Ada waktu sebentar window shopping. Pukul 11:00 boarding dan akhirnya sampai Marseille jam 13:00.

Strike dan Labor Union

Yang menarik adalah strike, mogok kerja. Dari obrolan dengan kerabat kami yang cukup lama tinggal di Perancis, mogok kerja di negeri ini cukup jamak. Dan itu legal menurut undang-undang. Labor union atau organisasi buruhnya solid dan sangat berpengaruh. Setiap kali mereka punya tuntutan, mereka akan melobi atau jika perlu melakukan mogok kerja. Jadi, mogok kerja yang berdampak terganggunya ratusan jadwal penerbangan bukan hal yang aneh. Dan ini bukan pertama kali terjadi. Mogok kerja bisa dilakukan para pekerja kereta api bawah tanah atau para sopir bus. Kapan pun mereka mau.

Pesawat Delay, Ini yang kita siapkan

Pengalaman belum lama ini memberikan pelajaran. Ngomel-ngomel tak karuan tak membuat situasi menjadi lebih baik. Lebih baik sedia payung sebelum hujan.

Jika ingin melakukan perjalanan jarak jauh, pastikan maskapai cukup bonafid. Maksudnya, mereka mau bertanggung jawab – termasuk memberikan kompensasi -- jika ada keterlambatan yang bukan diakibatkan kesalahan penumpang.

Tak ada salahnya juga mengusahakan sebisa mungkin rute langsung ke kota tujuan. Kalau pun ada transit, itu tak perlu ganti pesawat. Namun, jika kudu transit dan ganti pesawat, wajib tahu informasi kunci kota-kota yang akan menjadi transit kita. Sekarang ada penerbangan ke kota di Eropa langsung dari Jakarta. Atau hanya transit di satu negara saja.

Selanjutnya, perlulah memahami informasi sederhana semisal di mana konter check-in, di mana informasi. Mengetahui bahasa setempat sedikit-sedikit, tentu sangat dianjurkan.

Yang juga perlu kami ingat adalah selalu sediakan  ganti baju barang semalam sekadar dalam koper atau tas bagasi.

Tentu yang diharapkan perjalanan liburan, jalan-jalan atau dinas berlangsung lancar dan menyenangkan.

Gregorius Winarno

gwinarno2001@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun