Mohon tunggu...
GREGORIUS DUWI FRANS WINATA
GREGORIUS DUWI FRANS WINATA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Gerakkanlah jari-jemarimu menari mengikuti alunan melodi pikiranmu.

Nama saya Gregorius Duwi Frans Winata, saya biasa dipanggil dengan nama Duwi, saya berasal dari Kalimantan barat, sekarang saya berusia 21 tahun dan menginjak semester 4 di salah satu perguruan tinggi swasta di Salatiga, hoby saya menonton anime dan membaca manga atau komik jepang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kulit Kakao sebagai Sumber Unsur Alternatif bagi Tanaman

8 Februari 2021   07:00 Diperbarui: 8 Februari 2021   07:16 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tanaman kakao adalah tanaman yang sangat mudah tumbuh dan hidup di wilayah tropis seperti Indonesia, banyak sekali masyarakat yang membudidayakan tanaman kakao untuk menjadi tanaman komoditas dalam pertanian mereka sebagai bahan baku pembuatan coklat, namun sayangnya sampai saat ini kulit kakao dalam pemanfaatannya masih sangat kurang karena biasanya hanya diambil bijinya saja sebagai bahan baku pembuatan coklat sedangkan kulitnya banyak dibuang dan hanya menjadi limbah yang tidak terpai dan dibiarkan begitu saja, 

padahal kulit tanaman kakao jika dimanfaatkan lebih bijak dapat dibuat menjadi kompos yang baik bagi tanaman sebagai sumber alternatif unsur hara, seperti yang dikatakan oleh Spillane (1995) dalam bukunya mengemukakan bahwa kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara tanaman dalam bentuk kompos, pakan ternak, produksi biogas dan sumber pektin. Penambahan kompos kulit buah kakao merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas fisik, biologi, dan kimia media tumbuh tanaman.

Dalam artikel ini, terbesit pertanyaan, kenapa tanaman perlu unsur hara?, mari kita simak pada pembahasan berikut. Tanaman dalam pertumbuhannya sangat erat kaitannya dengan kesuburan tanah yang menjadi media unuk budidaya tanaman, meskipun sekarang bayak juga yang membudidayakan tanaman melalui media lain seperti air dan itupun memerlukan unsur hara juga, 

jadi tanaman sangat erat hubungannya dengan unsur hara sebagai sumber nutrisi bagi proses metabolisme di dalam tubuhnya. Kesuburan tanah ialah kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah berimbang guna pertumbuhan dan produksi tanaman (Nyakpa dkk 1988). Jadi pada dasarnya tanaman memang sangat memerlukan unsur hara sebagai bagian dalam pertumbuhan dan produksi tanaman yang tersedia di dalam tanah dalam kondisi berimbang.

Law of the deminishing return adalah peraturan yang menyatakan bahwa hasil pertanian ditentukan oleh faktor pertumbuhan tanaman yang berada paling rendah termasuk di dalamnya konsentrasi unsur hara bagi tanaman. Batas kritis unsur hara adalah konsentrasi unsur hara yang menyebabkan pertumbuhan atau hasil tanaman cenderung semakin menurun semakin bertambahnya konsentrasi unsur hara. Peneliti menyatakan bahwa bila pertumbuhan atau hasil tanaman relatif yang dicapai <90%, 

maka dikatakan pertumbuhan atau hasil tanaman mulai kritis, artinya tanaman telah jenuh dengan konsentrasi unsur hara atau faktor pertumbuhan yang lainnya (air,udara, dan pestisida). Batas optimum adalah konsentrasi unsur hara yang menyebabkan pertumbuhan atau hasil tanaman relatif maksimum. Kahat unsur hara adalah keadaan tanaman yang kekurangan unsur hara esensial sehingga pertumbuhan atau hasil tanaman terhambat. 

Toksisitas unsur hara adalah keadaan tanaman yang kelebihan unsur hara esensial sehingga pertumbuhan atau hasil tanaman terhambat, dan bila terus menerus terjadi dapat menyebabkan tanaman mati. Ketersediaan unsur hara adalah konsentrasi unsur hara yang siap tersedia di dalam larutan tanah bagi tanaman. Ketidaktersediaan unsur hara adalah konsentrasi unsur hara yang tidak siap diserap tanaman, kemungkinan unsur hara terikat oleh mineral klei dan bahan organik tanah.

Kandungan hara mineral kulit buah kakao cukup tinggi, khususnya hara Kalium dan Nitrogen, dilaporkan bahwa 61% dari total nutrien buah kakao tersimpan pada kulit buah. Penelitian yang dilakukan Goenadi et. al (2000) dalam Isroi (2007) menemukan bahwa kandungan hara kompos yang dibuat dari kulit buah kakao adalah 1,81 5 n, 26,61% C-Orgnaik, 0,31% P2O5, 6,08% K2O, 1,22% CaO, 1,37% MgO dan 44,85 cmol/kg KTK. Aplikasi kompos buah kakao dapat meningkatkan produksi hingga 19,48%. Begitu kayanya kulit kakao dengan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman sehingga sangat sayang sekali jika tidak dimanfaatkan.

Dalam pembuatan kompos tentu saja bukan hanya menggunakan bahan baku kulit tanaman kakao saja melainkan juga menggunakan bahan yang lain juga seperti sekam padi, rerumputan, mikroba, kotoran ternak dan lainnya sesuai bahan yang ada di lingkungan tempat tinggal. Adapun cara pembuatan kompos dari kulit kakao yang nantinya dipakai dalam penyerapan unsur hara, sebagai berikut pertama kulit kakao dihancurkan dengan mesin pencacah dan dimasukan kedalam karung, setelah itu jangan lupa rumput yang ada atau jerami di cacah juga,

 jika bahan sudah siap maka dicampurkan semua bahan dengan perbandingan 1:1:1:1, diaduk sampai rata dan berikan air sedikit, jangan lupa berikan gula merah sebagai nutrisi bagi bakterinya dalam mengurai bahan kompos tersebut, pengomposan ini dapat dipercepat dengan menggunakan beberapa jenis mikroba seperti jamur pelapuk putih berfungsi sebagai perombak (decomposer) bahan mengandung lignin, trichoderma sp, (T. harzianum dan T. pseudkoningii), berperan sebagai decomposer, pemicu pertumbuhan tanaman dan agensia pengendali hayati penyakit tular tanah seperti Ganoderma yang menyerang kelapa sawit dan Rigidoporus yang menyerang karet. 

Apergillus sp. Meningkatkan peyerapan hara dengan cara meningkatkan kelarutan unsur fosfat didalam tanah. Kompos cukup didiamkan selama kurang lebih 5 minggu, namun jika pemakaian ingin segera dilakukan pada usia kompos 3 minggu sebenarnya sudah bisa digunakan namun yang ditakutkan hasil yang diberikan nantinya kurang maksimal.

Demikian pembuatan kompos dari kulit kakao sebagai alternatif unsur hara pada tanaman, semoga bermanfaat.

Daftar pustaka :

Junaedi, Sofyan, dan Syahruni Thamrin. 2017. Pemanfaatan Limbah Kulit Kakao Sebagai

            Pupuk Organik Di Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone. Jurnal balireso 2(2): 73-82.

Riwandi, Prasetyo, Hasanudin, dan Indra Cahyadinata. 2017. Kesuburan Tanah dan 

            Pemupukan. Yayasan Sahabat Alam Rafflesia : Kota Bengkulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun