Memang, pendekatan ini sangat penting untuk menghasilkan karya desain yang unggul, namun pendekatan ini dapat menjadi sebuah pemicu kegagalan dalam konteks menjalankan studio sebagai sebuah entitas usaha setara dengan sebuah perusahaan manufaktur konvensional karena tidak diiringi dengan pandangan bagaimana agar sirkulasi bisnis dari usaha tersebut untuk dapat bertahan selain menyambung hidup dari tawaran proyek.Â
Oleh karenanya, terdapat beberapa pertimbangan mengapa pemilik studio kreatif ini memerlukan pola pikir bisnis pula dalam menjalankan usahanya.
1. Adanya Pemahaman Pasar Mampu Memproyeksi Efektivitas Laku Tidaknya Produk
Studio desain yang berkembang umumnya melayani klien tertentu atau memiliki produk sendiri. Adanya pemahaman pasar tentunya akan melibatkan penelitian pada target audiens, kebutuhan mereka, dan persaingan yang ada.Â
Pengetahuan semacam ini akan sangat berguna dalam menginformasikan layanan desain yang bisa ditawarkan, strategi penetapan harga, dan pendekatan pemasaran sehingga dapat memahami kebutuhan pasar bahkan ukuran pasar yang dapat ditembus oleh produk.Â
Ini akan sangat berguna untuk memproyeksikan laku tidaknya sebuah produk, seberapa lama tren yang akan terjadi, hingga pada akhirnya meyakinkan investor untuk melihat apakah produk ini layak didanai atau tidak.Â
Ini sangat berguna pula untuk mencegah pembuatan produk multi-years dengan riset produk mendalam tapi ternyata langsung gagal saat dirilis karena tidak mengikuti kondisi pasar.
2. Ketajaman Pengetahuan Finansial dapat Mengukur Kesehatan Perusahaan
Menjalankan studio melibatkan pengelolaan keuangan secara efektif. Ini memerlukan pemahaman penganggaran, arus kas, dan profitabilitas.Â
Seorang desainer atau artisan yang dalam hal ini memahami sebuah bisnis dapat membuat keputusan berdasarkan informasi mengenai investasi, kekuatan staf yang ada, dan harga untuk memastikan stabilitas keuangan.