Kedua, mengenai intisari dari gimmick ini sendiri, simbolisasi potong pita dan biometrik "jadi-jadian" bukanlah dua hal yang dapat diperbandingkan satu sama lain. Dalam sejarah, potong pita menurut ceremonialsupplies.com justru merupakan kegiatan bersejarah dari tahun 1900an yang maknanya justru menjunjung tinggi untuk memulai sesuatu yang baru dengan cara yang sederhana.
Ini berbeda dengan  biometrik "jadi-jadian" yang malah menekankan kemewahan, kecanggihan, keampuhan teknologi, namun ternyata dibalik itu ternyata tidak sesuai yang dilihat. Dengan adanya hal semacam biometrik "jadi-jadian", kita tentunya akan jauh dari konteks yang amat mendasar tersebut.
Ketiga, tentang pesan implisit dari gimmick ini. Penggunaan biometrik palsu dalam situasi seperti ini justru akan mengirimkan pesan yang kontradiktif, sehingga berpotensi menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem dan kemudahan layanan berbasis teknologi yang ingin dipromosikan oleh instansi.
Dalam hal ini, kita mesti berkaca untuk tidak gagap bahwa setiap alat maupun sarana promosi yang kita gunakan mesti merepresentasikan nilai-nilai kebaikan kita, sekecil apa pun itu. Cara-cara gimmick seperti ini semestinya sudah kita tinggalkan seiring dengan perkembangan teknologi dan tidak perlu dipakai. Justru dengan perkembangan teknologi, kita pun harus ikut untuk menjadi pribadi yang lebih berintegritas dan transparan. Bahkan cara-cara tradisional seperti potong pita sebenarnya masih relevan dan malah menunjukkan kesederhanaan yang bisa menjadi sebuah respek tersendiri dari para audiens.
Lalu, jika memang harus memakai teknologi biar untuk terlihat "keren" tapi tetap autentik, adakah cara-cara yang dapat menjadi alternatif? Saya sebagai generasi milenial yang paham akan manajemen teknologi dapat memberi usulan. Berikut adalah contoh-contoh yang dapat dipakai:
 1. Memanfaatkan Tablet Touchscreen: Tablet dengan touchscreen dapat dihubungkan ke layar dengan sebuah tampilan interface yang menggambarkan logo sebuah event yang kemudian dapat diklik sebagai bukti peresmian.
2. Penggunaan Voice Control: Cara ini memanfaatkan aplikasi mobile yang dihubungkan ke layar dengan perintah suara khusus yang diatur dengan pengenalan suara orang yang meresmikan. Aplikasi tersebut yang tertampil di layar kemudian dapat membuka video opening dari acara.
Cara-cara seperti itu adalah cara yang masih terhitung dalam budget anggaran pemerintah daerah dan tidak perlu memangkas biaya yang amat besar dibandingkan pembelian TV layar sentuh dengan aplikasi biometrik. Pendekatan semacam ini memanfaatkan objek yang sudah ada atau malahan membuat cara unik khusus untuk tujuan aktivasi sebuah kegiatan. Cara-cara ini memang tidak umum seperti opsi biometrik palsu, namun menawarkan cara yang kreatif dan personal untuk memulai acara tanpa harus ada gimmick berlebihan di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H