Mohon tunggu...
Gregorius Aditya
Gregorius Aditya Mohon Tunggu... Konsultan - Brand Agency Owner

Seorang pebisnis di bidang konsultan bisnis dan pemilik studio Branding bernama Vajramaya Studio di Surabaya serta Lulusan S2 Technomarketing Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Saat ini aktif mengembangkan beberapa IP industri kreatif untuk bidang animasi dan fashion. Penghobi traveling dan fotografi Landscape

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Marketing Jujur atau Greenwashing? Mengendus Praktik-Praktik Nakal Menuju SDG 2030

10 Oktober 2023   06:30 Diperbarui: 10 Oktober 2023   07:54 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deteksi Praktek Greenwashing. Sumber: wwf.org.uk

Dengan adanya tujuan global yang dirangkum dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) yang menekankan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi yang saling berhubungan dalam pembangunan berkelanjutan sebagai pusatnya, negara-negara maupun banyak institusi saat ini tengah berbenah dan berlomba-lomba agar memenuhi tujuan yang telah dicanangkan sejak 2015 untuk direalisasikan hingga 2030 itu. Ada banyak hal yang dilakukan mulai dari pengembangan produk yang lebih ramah lingkungan, praktek-praktek kolaborasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan sosial, dan banyak contoh-contoh lainnya.

Meskipun begitu,  tujuan SDG tersebut rawan menerima ancaman dari momok bernama praktek-praktek "greenwashing". Praktek greenwashing sendiri menurut Australian Competition & Consumer Commision dapat didefinisikan sebagai klaim lingkungan yang keliru atau palsu. Praktek ini dilakukan oleh para pelaku bisnis yang dengan sengaja membuat klaim yang menciptakan kesan menyesatkan  pada preferensi konsumen terhadap produk dan pelayanan yang ditampakkan seolah berkelanjutan namun pada kenyataannya tidak menunjukkan adanya investasinya dalam praktik berkelanjutan. 

Klaim tersebut memiliki banyak wujud. Menurut investopedia, praktek greenwashing bisa berupa labeling produk, penggunaan kampanye promosi dengan memanfaatkan nuansa visual natural seolah mengesankan keramahannya terhadap lingkungan, hingga tebang pilih data yang hanya memfokuskan satu atau beberapa aspek ramah lingkungan sementara pada kenyataannya di lapangan, praktek-praktek lain yang dilakukan perusahaan ternyata berbahaya bagi lingkungan. 

Hal lain yang sering terjadi adalah pemberian label produk ramah lingkungan sehingga dapat dijual dengan harga premium, membuatnya lebih mahal, yang dapat menyebabkan konsumen tertarik untuk membayar lebih. Jika greenwashing ini dapat terungkap, hal ini dapat merusak reputasi dan merek perusahaan secara serius.

Ilustrasi greenwashing vs honest marketing. Sumber : sciencedirect.com 
Ilustrasi greenwashing vs honest marketing. Sumber : sciencedirect.com 

WWF sendiri sempat mendaftar beberapa istilah yang sering menjadi kata kunci dari brand yang sering mempraktekkan greenwashing, mulai dari :

- Eco

- Environmentally friendly

- Recycled

- Plastic free

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun