Salah satu hal yang erat dengan kehidupan penduduk Surabaya raya adalah kehidupan bersosialisasi yang diwujudkan dengan adanya ngopi di warkop. Di Surabaya sendiri saat ini cukup marak konsep warkop dengan area yang cukup luas, melayani kehidupan masyarakat dari pagi hingga malam, dan tentunya dengan menu khas warkop dengan harga terjangkau. Nama-nama pemain seperti Sedulur Tunggal Kopi, Warkop Bening, Warkop Bolo Dewe, maupun Titik Kumpul Kopi merupakan nama-nama yang akrab bagi mereka yang mencintai "cangkruk" (nongkrong) sambil bersosialisasi dengan rekan kerja, bermain game, maupun fokus sendiri untuk mengerjakan tugas.
Hal yang cukup menarik dari adanya warkop-warkop tersebut adalah bagaimana mereka dapat menjadi sebuah tempat nongkrong yang seakan tidak pernah sepi. Saya pribadi sampai mengamati saat melewati salah satu warkop ketika akan berangkat kerja maupun ketika pulang dini hari mendapati bahwa warkop-warkop tersebut selalu memiliki pengunjung yang ramai.Â
Sebagai pengguna yang juga tak jarang menghabiskan waktu di tempat-tempat semacam itu, saya pribadi sampai melihat bahwa usaha tersebut sangat pas dengan gaya hidup orang-orang area Surabaya raya. Dari bagaimana mereka menyediakan tempat yang lapang, harga yang bersahabat, adanya jam operasional dari pagi hari hingga dini hari (bahkan ada yang 24 jam), wifi yang menggunakan paling tidak 2 jaringan, sampai kelistrikan dimana setiap meja yang totalnya dari sebuah warkop berjumlah 20an lebih masing-masing memakai sambungan colokan listrik, layanan memasakkan atau membuatkan makanan maupun minuman yang cepat, rasanya sangat pantas bahwa hal-hal semacam itu akan menjadi daya pikat tak terelakkan bagi orang-orang Surabaya yang senang berkumpul dan nongkrong bareng, entah saat jam lowong, sepulang kerja, maupun saat weekend. Bagaimana fasilitas tersebut ada, ditunjang dengan pelayanan maupun harga yang pas, dinilai positif dalam sebuah penelitian tentang fenomena warkop-warkop ini.
Di samping itu, agaknya kehadiran warkop-warkop semacam ini juga sangat memperhitungkan kondisi geografis maupun kultural Surabaya. Saya juga mengamati bahwa momen-momen terik siang hari dimana umumnya Surabaya memiliki suhu sangat panas juga berkontribusi dimana paling tidak orang pasti akan selalu memesan minuman, bahkan tak jarang ada yang memesan lebih dari satu gelas besar. Di malam hari juga sering sekali ada fasilitas nonton bareng sepakbola yang membuat mereka yang antusias pada olahraga tersebut dapat menikmati secara murah meriah bersama rekan-rekan sesama pecinta bola. Ini membuat sebuah pengalaman khas tersendiri bagi para pengunjung warkop.
Kehidupan warung kopi semacam ini di Surabaya merupakan sebuah ruang yang juga secara menyatukan mulai dari siswa sekolah, mahasiswa, pekerja kantoran, salesman, sampai pengemudi ojek online. Tempat-tempat semacam ini telah menjadi sebuah sarana berekspresi, bersosialisasi, hingga "oasis" untuk melepas penat setelah waktu kerja, dimana seakan ruang-ruang pembatas di dunia nyata mulai dari jabatan, status ekonomi, pekerjaan dileburkan. Semua seakan kembali menjadi manusia yang posisinya setara di tengah padang pasir kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H