Seiring dengan perubahan generasi, sebuah pameran seni tentunya akan berusaha menyesuaikan bagaimana audiensnya. Hal itulah yang saya alami saat mencoba menghadiri Pameran Seni "Masquerade" di hari Minggu 10 September 2023 lalu. Saya sendiri mencoba menyempatkan hadir waktu siang hari di pameran yang berlangsung hanya tiga hari di Win Hotel Surabaya itu.Â
Pameran yang diselenggarakan oleh Unicorn Young Collectors Club (UYCC) itu dengan berani mengusung tema "Psychological Art Exhibition". Sebuah tema yang langsung memantik pikiran siapapun yang mendengarnya sudah dapat membayangkan bahwa tujuan pameran tersebut adalah untuk dapat bermain-main dengan dunia antar pribadi baik dengan pribadi dalam dirinya sendiri atau dengan sekitarnya. Sebuah tema yang sangat relevan dengan kehidupan anak-anak sekarang yang sangat sadar akan dunia karakter psikologi dan kesehatan mental.
Benar saja, saat saya mendatangi lokasi, seluruh pengunjung yang hadir adalah anak muda. Entah itu berasal dari Gen Y atau Gen Z. Mereka rata-rata membawa rekannya untuk menemani mereka dalam pameran yang diselenggarakan di lantai 2 hotel tersebut. Tak lupa saya membeli tiket yang ada di depan ruang pameran. Saya sendiri memilih bundling tiket untuk sekaligus untuk juga mengikuti pameran lain yang ada di hotel ini.
Pertama kali memasuki ruang pameran, saya langsung disambut oleh alunan musik yang nada-nadanya cukup lirih. Alunan musik tersebut menemani perjalanan saya memasuki ruangan yang telah disetting bak lorong-lorong yang memiliki pergelarannya tersendiri masing-masing tersebut. Satu demi satu saya mencoba merasakan apa yang hendak disampaikan oleh pameran bernuansa psikologis tersebut. Ada yang tertampil dalam rupa ruangan yang disetting dalam keanggunan lampu-lampu gantung klasik dengan lukisan-lukisan orang-orang berkepala jam, ada ruang yang memiliki banyak lukisan bergambar kaleng dengan masing-masing memiliki nama-nama berbeda, hingga sampai ada ruangan cermin berisi bola-bola.
Saya pribadi memahami akhirnya apa yang hendak disampaikan dalam pameran tersebut. Sesuai dengan judulnya, "Masquerade", pameran ini menceritakan bagaimana perjalanan hidup manusia sendiri yang seringkali berusaha menutupi jati dirinya dalam topeng. Melalui ruangan demi ruangan yang diatur sedemikian rupa, ada banyak sekali ungkapan-ungkapan semiotika yang seolah mengungkapkan bahwa tak jarang kehidupan ini mengoyak dan banyak mengalihkan fokus kita sehingga kita lupa berkaca ke dalam diri. Entah kita terkungkung dalam "topeng" yang kita buat sendiri, dibuat oleh keadaan, atau bahkan kita buat sendiri tanpa kita sadari. Â
Bagi saya, pameran tersebut sangat lihai menarik minat generasi muda yang lebih tertarik pada bidang-bidang semacam ini. Regenerasi seni yang lebih mendalam kepada alam refleksi internal diri sendiri seakan menjadi sebuah isyarat untuk "jangan lupa melihat diri sendiri sebagai manusia" di dalam era teknologi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H