Saat turunnya gelombang pandemi di awal tahun 2022, saya sempat menerima curhatan seorang rekan kerja yang mengeluh bahwa dia merasa aneh dengan pola perilaku orang-orang yang mengemudi saat ini. Ia menemukan saat mengendarai mobilnya terdapat fenomena bahwa orang-orang entah kenapa baginya pribadi terdapat penambahan tingkat rasa semakin seenak sendiri saat berkendara dimana sering ia menemui mobil yang berjalan lambat sekali padahal jauh di depannya masih kosong (atau terkadang malah sebaliknya, berjalan terlalu cepat tanpa peduli sekitar), bagaimana ada pengendara motor menyalip mobilnya dari kiri namun setelahnya tidak langsung melajukan kendaraan dengan kencang melainkan malah sibuk bermain handphone, hingga ada pengendara mobil yang tidak menonaktifkan lampu belok saat jalan lurus. Semua hal itu tidak ditemukannya di era sebelum pandemi.
Karena penasaran, saya mencoba untuk browsing penelitian-penelitian tentang hal tersebut. Rupanya di luar negeri sendiri sudah ada beberapa artikel yang membahas hal tersebut. Saya sendiri akan menyajikan beberapa diantaranya.
 AAA Foundation for Public Safety dalam artikel yang diterbitkan oleh drivesafeonline.org menyebutkan bahwa sebenarnya dari tahun 2018 hingga tahun 2020 sendiri. Studi tersebut menemukan bahwa para pengemudi melaporkan sendiri adanya peningkatan kejadian gangguan mengemudi setiap tahunnya. Perilaku mengganggu berupa memegang dan berbicara dengan ponsel mengalami lonjakan terbesar selama periode ini, yaitu meningkat sebesar 16,8 persen. Mengemudi sambil mengetik dan membaca email dan SMS juga mengalami peningkatan yang signifikan.Â
Lebih lanjut, studi tersebut menekankan bukan hanya teknologi yang mengalihkan perhatian kita. Makan di dalam mobil, memeriksa rambut di kaca spion, atau memperhatikan pejalan kaki di trotoar mengalihkan fokus kita dari mengemudi dan memicu terjadinya kecelakaan. Dan karena pandemi global telah menyita sebagian besar fokus kita, pikiran kita terkadang mengalihkan perhatian kita dari apa yang ada di hadapan kita.
Gangguan-gangguan ini cukup menantang, namun jika ditambah dengan stres, kelelahan, atau zat-zat memabukkan, maka seorang pengemudi akan menghadapi bencana. Akibat COVID yang sempat merajalela, tingkat stres dan kelelahan meningkat di sebagian besar masyarakat, begitu pula penggunaan alkohol, mariyuana, dan obat-obatan rekreasional lainnya.
Studi ini juga didukung dalam penelitian National Library of Medicine yang juga menyatakan adanya faktor obat-obatan hingga faktor psikologis yang mempengaruhi pengendara saat menyetir di masa pasca COVID. Pengemudi saat ini diketahui pula banyak yang menerapkan mode defensif dalam berkendara untuk lebih menjaga kesehatan. Â Selain itu, terdapat juga fenomena kesadaran situasional yang buruk terhadap pemandangan sekitar dan penilaian estimasi risiko. Studi tersebut ditutup dengan saran tentang perlu adanya sistem monitoring situasi dan kondisi kesadaran pengemudi.
Saya pribadi melihat bahwa hal ini adalah sebuah hal sederhana namun bisa saja dapat menjadi sebuah masalah ke depannya mengingat bahwa traffic penggunaan kendaraan pribadi di Indonesia sendiri cukup tinggi. Mungkin perlu ada semacam edukasi maupun pengawasan tersendiri yang dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan selama berkendara, terlebih ditambah saat ini kita melihat bagaimana gadget telah menjadi suatu barang yang susah terlepas dari hidup kita. Agaknya kita perlu melihat lebih dalam kepada diri kita bagaimana kita bersikap dalam berkendara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI