Mohon tunggu...
gregorius afioma
gregorius afioma Mohon Tunggu... -

life is beautiful

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cerita Rakyat: RIP Demokrasi?

29 September 2014   04:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:08 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dini hari tadi. Pemilihan tak langsung sudah ditetapkan.

Rakyat Berkabung. Rakyat langsung mati gaya. Haknya terenggut. Barangkali artis-artis dangdut lebih berduka, galau tingkat tinggi. Panggung bergoyang di masa depan semakin berkurang.

Satu-satunya yang tertawa paling besar adalah Prabowo. Semenjak dikalahkan oleh putusan MK, ia baru tertawa terbahak-bahak lagi. Barangkali ia senyum-senyum sendiri sambil menyeruput kopi. Ia merasa menang.

Menang? Ya, mungkin menang. Sejak mengikuti pemilu 2014, ia menyamakan pertarungan pemilu seperti medan perang. Mundur berarti kalah. Apalagi mengakui kekalahan.

"Kita berjuang harus habis-habisan.” katanya. Sudah beberapa ia memang gagal dalam pemilu sebelumnya. Ucapannya itu, kalau dalam dunia militer kira-kira begini,”berjuang harus sampai titik (darah) penghabisan."

Karena dianggap medan perang tak heran nada bicaranya kasar dan keras menggelegar bak bunyi guntur. Ia benar-benar menyerupai pemimpin perang di medan tempur. Berkoar sana-sini di hadapan pasukkannya.

Di hadapannya, Tantowi Yahya, seorang anggota pasukan yang setia dan sering nongol di TV sebagai juru bicara koalisi Merah Putih akhir-akhir ini, hanya termangu-mangu mendengarnya. Taat buta. “Kecerdasannya” dulu sewaktu menjadi host kuis milioner yang acapkali membuat hati pemirsa ketar-ketir, kini dimanfaatkan lagi. Ia tersenyum santai. Bicaranya tenang. Suaranya merdunya sebagai penyanyi lagu-lagu country yang menyanyikan lagu, “hutan belantara banyak tersebar di nusantara, semua harta yang yang tak terkira..nusantara..(kalau tidak salah)” kini terdengar lebih merdu.

Ingat! Waktu itu ia hanya seorang pembawa acara. Sudah pasti ia tak lebih pintar dari orang-orang yang diujinya dalam kuis milioner. Dia hanya dibayar. Pasti mahal. Tapi sekarang ia sudah merapat ke Senayan. Tidak mungkin kalau tidak ada tawaran yang lebih mahal. Iya, kan? Kalau tidak percaya, tanya saja teman senaungannya di bawah pohon beringin Setya Novanto yang dipilih rakyat NTT. Di bawah pohon rindang itu, mereka bercakap-cakap dengan investor tambang. Rayuan hingga akhirnya membawa investor tambang sebanyak-banyaknya ke NTT. Pemberi ijin tambang di sana sudah senyum lebar-lebar hingga jidat menyempit. Jemari tangan sudah gatal pertanda siap terima uang banyak. Mungkin seperti di Tumbak, Manggarai Timur.

Intinya, Tantowi kebagian jatah. Bisa jadi melampaui gaji bulanan sebagai DPR atau tentunya jauh di atas penghasilan sewaktu jadi host. Semuanya itu terasa mulus kalau bupati dipilih DPRD.

Eh, Tunggu. Ataukah ini kisah Cinta dari PRABOWO?

"Kamu PHP banget sih," kata putri tuan ORBA pasca kekalahan pemilu kemarin. Gagal rujuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun