Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berlayar Bersama Lumba-lumba dan Mubarak

31 Juli 2015   15:04 Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:03 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bersyukurlah, kamu dilahirkan dan dibesarkan di Indonesia yang kaya dan subur". Demikian teman saya, seorang bule Australia menyampaikan hal ini pada suatu kesempatan dalam pelayaran kami menggunakan 'jolor' alias perahu motor dari Desa Lurang ke Uhak, di Pulau Wetar, Maluku. Barangkali banyak dari pembaca yang merasa asing dengan Pulau Wetar, apalagi desa Lurang dan Uhak, tetapi cukup familiar dengan Laut Banda, salah satu laut terdalam dan terkaya di Indonesia Timur. Nah, Lurang dan Uhak menghadap ke Laut terkaya ini. 

Sudah tidak dipungkiri lagi, laut Banda memiliki banyak kekayaan ikan dan memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perikanan di Indonesia.  Salah satunya adalah ikan jenis cakalang. Potensi sumberdaya cakalang di Laut Banda dan perairan sekitar pada tingkat MSY adalah 32.954,98 ton/tahun (http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/69905). Ikan jenis lainnya yang sering tertangkap adalah tongkol dan pelagis kecil. Bahkan ikan tuna di Laut Banda adalah yang terbaik di dunia. Tidaklah mengherankan jika laut Banda menjadi incaran pelaut dari negara lain untuk melakukan illegal fishing.

Di wilayah ini, Anda dapat melihat gerombolan ikan kecil bergerak membentuk formasi dan berenang bersama-sama. Juga menikmati kawanan lumba-lumba yang bercengkrama di kejauhan. Tidak cukup di situ saja. Seringkali puluhan ekor lumba-lumba berenang membentuk formasi mengawal jolor yang sedang berlayar. Sesekali melakukan atraksi yang menawan untuk ditonton. Kawanan lumba-lumba ini merasa nyaman berada di dekat jolor karena para nelayan atau masyarakat tidak mengganggu kehidupan mereka.

Selain menikmati akrobatik dan pengawalan 'tentara' lumba-lumba, para pelayar yang hobby memancing perlu juga menyiapkan alat-alat memancing. Ikan-ikan besar sering kali mencari makan di dekat tanjung-tanjung. Di antaranya, ikan mubarak alias barakuda. Jika mujur (dan sering kali mujur), seekor mubarak besar akan nyangkut di mata kail lalu dibawa untuk santap siang bersama. Itulah kekayaan alam Indonesia yang sangat mengagumkan.

 

Lumba-lumba Wetar, tentaranya nelayan di tengah lautan luas

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun