Tukang cukur DPR sejatinya masih ada. Namun jumlahnya semakin berkurang seiring berganti masa. Ya, zaman ABG tua tentunya berbeda dengan ABG sekarang.
Zaman ABG (angkatan babe gue) yang sudah pada old dahulu memang sudah senang kalau bisa dicukur sama tukang cukur DPR yang mangkal di bawah pohon rindang (DPR).Â
Sebabnya, seringkali mereka saling cukur atau biasanya memanfaatkan teman yang bisa mencukup rambut. Bermodalkan gunting, cermin, sisir, dan pisau cukur, jadilah.
Tujuannya adalah membuat rambut pendek tanpa ada variasi-variasi model. Paling ya rambut bagian belakang dan samping kiri-kanan dicukur tipis, ukurannya sama.
Sedangkan bagian atas sampai paling depan ukurannya sedikit lebih panjang. Kadang-kadang, dibuat poni bagi yang senang bergaya di zaman old.
Sementara anak baru gede (ABG) zaman now, jarang mencukur rambutnya di tukang cukur DPR. Alasannya, di barbershop itu lebih bagus.
Dari aspek mode rambut, bisa pilih sesuai dengan keinginan. Â Jika tidak, minimal berdiskusi dengan pencukurnya. untuk mengatur model rambut sesuai dengan bentuk wajah dan trend.
Selain itu, ada pencukur barbershop yang mengakhir tugasnya dengan memberikan sedikit pijatan pada sekitar punggung dan kepala. Rasanya sedikit lebih enak.
Ada pula fasilitas lain seperti ruangan ber-AC atau setidaknya dipasang kipas angin sehingga terasa lebih sejuk dibandingkan dengan bercukur di luar.
Tak jarang pula, ada iringan musik yang lagi viral atau pernah populer dan familiar di berbagai kalangan usia. Â