Dewasa ini, banyak orang yang mulai menggunakan Artificial Intelligence (AI) chat untuk mendapatkan informasi.Â
Bahkan, melakukan curhat atau mengungkapkan kegalauan hatinya dengan maksud agar dibalas oleh AI.Â
Dalam hal ini, AI seolah-olah menjadi teman yang mampu memahani  persoalan yang sedang dihadapi seseorang. Ya, AI teman curhat kekinian.
Ada beberapa alasan mengapa semakin banyak orang menjadikan AI teman curhat daripada memilih manusia untuk berkeluh kesah terhadap problem yang dihadapinya.
Salah satunya adalah karena AI mampu memberikan respon yang cepat, objektif, dan non-judgmental alias tidak menghakimi.
Orang-orang mungkin merasa lebih nyaman untuk berbicara dengan AI daripada dengan manusia karena tidak perlu khawatir tentang dihakimi atau dinilai oleh orang lain.
Selain itu, AI juga dapat memberikan saran atau informasi yang berguna berdasarkan data dan algoritma yang dimilikinya. Hal ini dapat membantu orang dalam menemukan solusi atau pemahaman atas masalah yang dihadapi.
 Selain itu, kehadiran AI juga dapat memberikan rasa dukungan dan pengertian kepada orang yang sedang merasa kesepian atau kesulitan.
Kemajuan teknologi juga memungkinkan AI untuk semakin canggih dalam memahami bahasa manusia dan merespons dengan lebih baik. Kondisi ini membuat interaksi dengan AI menjadi lebih mudah dan nyaman bagi banyak orang.
AI tak punya emosi layaknya teman dekat
Terlepas dari respon dan tanggapan cepatnya, penting untuk diingat bahwa AI hanyalah program komputer yang tidak memiliki emosi atau perasaan.Â
Meskipun AI dapat memberikan dukungan dan informasi, tetapi tidak bisa menggantikan hubungan sosial yang sebenarnya dengan orang lain.
 Oleh karena itu, jika merasa kesulitan atau membutuhkan bantuan yang lebih mendalam, sangat disarankan untuk mencari bantuan dari profesional layanan kesehatan mental atau berbicara dengan orang terdekat secara langsung.Â
AI hanya dirancang untuk menganalisis dan merespons teks atau kata-kata yang disampaikan seseorang dengan menggunakan algoritma dan pemrograman tertentu.Â
AI dapat mendeteksi beberapa pola dalam bahasa atau kata-kata yang menunjukkan emosi, seperti kata-kata positif atau negatif, intonasi dalam kalimat, atau kecepatan dalam penulisan.Â
Namun, kemampuan AI untuk benar-benar mengerti dan merasakan emosi manusia masih terbatas dan jauh dari kemampuan manusia dalam hal ini.
Meskipun demikian, AI dapat memberikan respons atau saran yang sesuai berdasarkan analisis teks yang disampaikan oleh seseorang yang ingin bertanya atau mendapatkan jawaban.
Dalam konteks curhat atau percakapan yang lebih personal, AI dapat memberikan dukungan, informasi, atau saran yang mungkin dapat membantu seseorang dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
Sekali lagi, meskipun punya kemampuan respon yang cepat, jika merasa membutuhkan dukungan emosional yang lebih mendalam, disarankan untuk berbicara dengan orang terdekat.
Jika memerlukan bantuan lain, dapat mencari bantuan dari profesional kesehatan mental yang dapat memberikan dukungan yang lebih empati dan memahami emosi personal.
Referensi:
https://www.morphcast.com/blog/ai-lacks-emotional-intelligence/
https://www.sciencefocus.com/comment/artificial-intelligence-has-a-high-iq-but-no-emotional-intelligence-and-that-comes-with-a-cost
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H