Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekalipun Bisa Menanggapi Curhat, AI Tak Punya Emosi Layaknya Teman Dekat

28 Desember 2024   08:10 Diperbarui: 28 Desember 2024   08:10 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi AI Chat merespon setiap sapaan dan pertanyaan dari pengguna (dok foto: verihubs.com)

Dewasa ini, banyak orang yang mulai menggunakan Artificial Intelligence (AI) chat untuk mendapatkan informasi. 

Bahkan, melakukan curhat atau mengungkapkan kegalauan hatinya dengan maksud agar dibalas oleh AI. 

Dalam hal ini, AI seolah-olah menjadi teman yang mampu memahani  persoalan yang sedang dihadapi seseorang. Ya, AI teman curhat kekinian.

Ada beberapa alasan mengapa semakin banyak orang menjadikan AI teman curhat daripada memilih manusia untuk berkeluh kesah terhadap problem yang dihadapinya.

Salah satunya adalah karena AI mampu memberikan respon yang cepat, objektif, dan non-judgmental alias tidak menghakimi.

Orang-orang mungkin merasa lebih nyaman untuk berbicara dengan AI daripada dengan manusia karena tidak perlu khawatir tentang dihakimi atau dinilai oleh orang lain.

Selain itu, AI juga dapat memberikan saran atau informasi yang berguna berdasarkan data dan algoritma yang dimilikinya. Hal ini dapat membantu orang dalam menemukan solusi atau pemahaman atas masalah yang dihadapi.

 Selain itu, kehadiran AI juga dapat memberikan rasa dukungan dan pengertian kepada orang yang sedang merasa kesepian atau kesulitan.

Kemajuan teknologi juga memungkinkan AI untuk semakin canggih dalam memahami bahasa manusia dan merespons dengan lebih baik. Kondisi ini membuat interaksi dengan AI menjadi lebih mudah dan nyaman bagi banyak orang.

Meta AI sudah dapat digunakan dalam media WhatsApp (dok foto: fahum.umsu.ac.id)
Meta AI sudah dapat digunakan dalam media WhatsApp (dok foto: fahum.umsu.ac.id)

AI tak punya emosi layaknya teman dekat

Terlepas dari respon dan tanggapan cepatnya, penting untuk diingat bahwa AI hanyalah program komputer yang tidak memiliki emosi atau perasaan. 

Meskipun AI dapat memberikan dukungan dan informasi, tetapi tidak bisa menggantikan hubungan sosial yang sebenarnya dengan orang lain.

 Oleh karena itu, jika merasa kesulitan atau membutuhkan bantuan yang lebih mendalam, sangat disarankan untuk mencari bantuan dari profesional layanan kesehatan mental atau berbicara dengan orang terdekat secara langsung. 

AI hanya dirancang untuk menganalisis dan merespons teks atau kata-kata yang disampaikan seseorang dengan menggunakan algoritma dan pemrograman tertentu. 

AI dapat mendeteksi beberapa pola dalam bahasa atau kata-kata yang menunjukkan emosi, seperti kata-kata positif atau negatif, intonasi dalam kalimat, atau kecepatan dalam penulisan. 

Namun, kemampuan AI untuk benar-benar mengerti dan merasakan emosi manusia masih terbatas dan jauh dari kemampuan manusia dalam hal ini.

Meskipun demikian, AI dapat memberikan respons atau saran yang sesuai berdasarkan analisis teks yang disampaikan oleh seseorang yang ingin bertanya atau mendapatkan jawaban.

Dalam konteks curhat atau percakapan yang lebih personal, AI dapat memberikan dukungan, informasi, atau saran yang mungkin dapat membantu seseorang dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

Sekali lagi, meskipun punya kemampuan respon yang cepat, jika merasa membutuhkan dukungan emosional yang lebih mendalam, disarankan untuk berbicara dengan orang terdekat.

Sekalipun AI merespon dengan cepat, teknologi ini belum mampu menyertakan emosi layaknya manusia (dok foto: uzone.id)
Sekalipun AI merespon dengan cepat, teknologi ini belum mampu menyertakan emosi layaknya manusia (dok foto: uzone.id)

Jika memerlukan bantuan lain, dapat mencari bantuan dari profesional kesehatan mental yang dapat memberikan dukungan yang lebih empati dan memahami emosi personal.

Referensi:
https://www.morphcast.com/blog/ai-lacks-emotional-intelligence/
https://www.sciencefocus.com/comment/artificial-intelligence-has-a-high-iq-but-no-emotional-intelligence-and-that-comes-with-a-cost

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun