Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bencana Alam Siapa Melawan?

8 November 2024   11:46 Diperbarui: 8 November 2024   11:56 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak pernah ada yang tahu
Kapan datangnya bencana alam
Tak pernah ada yang berdaya
Bencana alam siapa melawan?

Di perut bumi diam tak berdaya
Gunung berapi terbaring bersandar
Diam-diam menyimpan ancaman dahsyat
Mengintai dengan penuh kesabaran.

Bibirnya yang merah merekah mengepul
Menyemburkan amarah tanpa suara
Lalu dengan gemuruh menyapu segalanya
Membuat dunia merasakan getarannya.

Larikan diri teriakan tak berguna
Menghadapi kemarahan sang gunung berapi
Rintihan dan teriakan tolong tak lagi berguna
Ketika alam memutuskan bertindak.

Berjuta-juta tahun bersabar dan terkendali
Seketika meledak dengan kekuatan setara dewa
Merubah nasib menggugurkan harapan
Bencana gunung berapi tak ada tandingnya.

Namun di balik bencana ada kekuatan baru
Keberanian dan ketulusan muncul tanpa pamrih
Membantu sesama merangkul dalam duka
Menjadikan bencana sebagai pembelajaran hidup.

Gunung berapi simbol kebesaran Tuhan
Pengingat bagi manusia tentang keterbatasan
Bersatu dan saling mendukunglah kita
Di bawah ancaman bencana gunung berapi.

Tuhan mengutus sesama untuk menolong korban bencana erupsi Lewotobi laki laki di Flotim, NTT (dok foto:  news.harianjogja.com)
Tuhan mengutus sesama untuk menolong korban bencana erupsi Lewotobi laki laki di Flotim, NTT (dok foto:  news.harianjogja.com)

***
Rocky City Kupang
8 November 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun