Dalam perjalanan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sejarah mencatat bahwa Indonesia tak hanya berjuang menghadapi penjajahan dari bangsa lain.
Kemelut dalam negeri pun banyak dicatat, baik itu pemberontakan yang bersifat kedaerahan, berlatar belakang ideologi tertentu, maupun percobaan kudeta berdarah untuk mengambil alih pemerintahan yang sah.
Tercatat pemberontakan-pemberontakan tersebut adalah sebagai berikut:
- Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 dipimpin oleh Musso.
- Pemberontakan DI/TII antara lain di Jawa Barat (1948) oleh Kartosuwiryo, di Aceh oleh Daud Beureuh, Jawa Tengah oleh Amir Fatah dan Kyai Sumolangu, Kalimantan Selatan oleh Ibnu Hadjar, dan di Sulawesi Selatan pimpinan Kahar Muzakar.Â
- Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) di Bandung pada tahun 1950 yang dipimpin oleh Westerling.
- Pemberontakan Andi Aziz di Makasar, Sulawesi Selatan pada tahun 1950.
- RMS (Republik Maluku Selatan) pada tahun 1950 pimpinan Dr. Soumokil.
- PRRI/Permesta di Sumatera pada tahun 1950 dipimpin oleh Kolonel Ahmad Husein, dkk.
- GAM (Gerakan Aceh Merdeka).
- OPM (Organisasi Papua Merdeka).
Dan satu peristiwa berdarah penting yang pernah terjadi di Indonesia adalah peristiwa G30SPKI yang mana PKI disebut sebagai dalang peristiwa tersebut.Â
Meskipun hingga kini, masih ada pro dan kontra, peristiwa berdarah tersebut dinamakan G30SPKI karena merupakan suatu Gerakan yang terjadi pada 30 September 1965 dengan dalangnya adalah PKI.Â
Dalam tragedi berdarah tersebut, sebanyak 10 pahlawan yang diculik dan dibunuh, baik di Jakarta maupun di Yogyakarta. Para pahlawan revolusi tersebut adalah sebagai berikut.
- Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani
- Letjen TNI (Anumerta) Raden Suprapto
- Letjen TNI (Anumerta) Mas Tirtotdarmo Haryono
- Letjen TNI (Anumerta) Siswondo Parman
- Mayjen TNI (Anumerta) Donald Izakus Pandjaitan
- Mayjen TNI (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo
- Kapten CZI (Anumerta) Pierre Andreas Tendean
- Aipda (Anumerta) Karel Sadsuitubun
- Brigjen TNI (Anumerta) Katamaso (di Yogyakarta)
- Kolonel (Anumerta) Sugiyono Mangunwiyoto (di Yogyakarta).
Sementara itu, Jenderal Abdul Haris Nasution yang menjadi salah satu sasaran utama para penculik meloloskan diri lewat rumah tetangga dalam peristiwa malam kelam tersebut.
Akan tetapi, sang puteri bernama Ade Irma Suryani Nasution gugur ketika para penculik melepas tembakan di dalam rumah. Ia menjadi perisai bagi sang ayah.
Sementara ajudannya, Kapten Pierre Andreas Nasution diangkut bersama dengan sasaran lainnya yang kemudian jenazahnya ditemukan bersama pahlawan revolusi lainnya di Lubang Buaya.