Beberapa pemimpin yang dipilih rakyat pun patuh akan Undang-undang pembatasan kekuasaan itu. Celakanya, saat si Fulan berhasil merebut kekuasaan selama 2 periode, ia merasa masih ingin berkuasa.
Didekatinyalah rakyat. Meminta rakyatlah yang mengusulkan agar Undang-undang pembatasan kekuasaan dua periode diubah jadi 3 periode.Â
Beruntunglah, mayoritas rakyat dan pemimpin-pemimpin lainnya tidak mau mengikuti permainan cantik si Fulan. Gagallah, ambisi 3 kali periode.
Ah, Fulan tetaplah Fulan. Operasi senyap dilakukan guna menaikkan putra mahkota selagi sang raja masih punya power. Aje gile. oper
Dipasanglah strategi lain. Memakai kekuasaan keluarga untuk mengubah aturan. Jadilah, ada aturan yang diubah. Memuluskan putra mahkota untuk naik, menggantikan posisinya walaupun cuma jadi wakil.
Tak hanya itu. Permainan cantik lain pun digelar. Bantuan, janji, blusukan, Â hingga memanggil para bawahan untuk memenangkan putra mahkota yang ditebengkan pada seniornya.Â
Dan jadilah, tandem tua dan muda. Â Sama-sama haus kekuasaan untuk memerintah di negeri Antah Berantah. Dan saat hari H pelaksanaan Pemilu, kedua pasangan tersebut sementara diunggulkan jauh dari lawannya.Â
Ya, walaupun hitungan resminya belum diumumkan oleh penyelenggara, tetaplah berita itu menjadi khabar baik untuk pasangan penguasa dan gengnya.
Ah, silakan berkuasa. Namun rakyat negeri Antah Berantah yang masih waras dan kritis akan tetap mengawasi sepak terjang pemerintahan bentukanmu selama 5 tahun mendatang.
Sekali lagi, jangan baperan. Ini cuma cerita fiktif yang hanya terjadi di negeri Antah Berantah sana. ***