Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Herman Seran, Oan Malaka yang Banting Stir demi Membangun dari Pinggiran

24 Januari 2024   08:21 Diperbarui: 24 Januari 2024   12:23 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama lebih dari setengah abad hidup ternyata saya temukan setiap upaya membungkam dan mengerangkeng hak rakyat hanya akan berujung pada senjata makan tuan. Rakyat adalah tuan demokrasi. Ketika rakyat dibungkam dan dikerangkeng maka bersiaplah untuk digerus kekuatan rakyat! (Herman Seran, Caleg Provinsi NTT Nomor urut 5 dari PDIP Dapil Belu, Malaka, TTU). 

Namannya Herman Seran. Saya mengenalnya bukan baru beberapa saat yang lalu. Namun sudah bersahabat dengannya sejak puluhan tahun yang lalu.  

Sempat kaget, ketika ia memutuskan untuk meninggalkan jabatannya yang termasuk dalam Top manajemen perusahaan tambang dengan pendapatan yang  wow untuk kembali dan mengabdi  pada kampung halaman lewat legislatif, menjadi caleg. 

Memang, Herman Seran punya konsentrasi serius untuk membangun masyarakat. Ada beberapa prinsip kuat yang dimilikinya, namun ada dua prinsipnya yang masih melekat dalam benak saya. 

Salah satu kepedulian Herman Seran untuk membangun dari pinggiran bersama ibu-ibu pembuat Akabilan (dok foto: Greg Nafanu)
Salah satu kepedulian Herman Seran untuk membangun dari pinggiran bersama ibu-ibu pembuat Akabilan (dok foto: Greg Nafanu)

Pertama, membangun masyarakat itu seperti makan bubur panas-panas. "Makanlah dari pinggirnya, barulah ke tengah. Sebab ketika yang di pinggir-pinggir menjadi terurus, maka pusat atau tengah akan menjadi lebih mudah disejahterakan. Ia punya prinsip, membangun itu dimulai dari pinggiran, dari kelompok masyarakat yang terpinggirkan oleh keadaan. 

Kedua, politik menguliti bawang ketika merekrut tenaga kerja.  Ketika masuk dalam jajaran top management perusahaan, Herman Seran menerapkan politik 'menguliti bawang". 

Politik menguliti bawang, mengutamakan para pekerja lokal yang ada di sekitar perusahaan. "Rekrutlah SDM yang ada di sekitar perusahaa. Jika tidak ada, kulitilah bawang itu dan cari di lapisan kedua. Apabila tak ada yang memenuhi kriteria, baru melanjutkan ke lapisan berikutnya". 

Pertemuan Tak Sengaja

Awal pertemuan kami di Kota Kefamenanu, tahun 2003. Saat ada program Pelatihan Penelitian Sosial tahap kedua untuk kaum muda NTT yang diselenggarakan oleh Center for East Indonesia Affairs (CEIA) Jakarta, pimpinan alm. Dr. Ignas Kleden, M.A  dan Dr. Ing. Ignas Iryanto Djou. Projek ini didanai oleh Toyota Foundation yang mengirim Etsuko Kawasaki sebagai pengawas langsung kegiatan. 

Herman Seran, sering menjadi narasumber dalam berbagia seminar nasional, termasuk yang bertema daerah NTT (dok foto: FB William Nhovack)
Herman Seran, sering menjadi narasumber dalam berbagia seminar nasional, termasuk yang bertema daerah NTT (dok foto: FB William Nhovack)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun