Para petani atau peminat pertanian sudah sering memanfaatkan mulsa dalam melakukan praktik-praktik pemeliharaan tanaman kesayangan, baik dalam usaha berskala kecil, menengah, maupun skala besar.Â
Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Seperti yang dirilis dalam laman resmi worldagroforestry.org, mulsa bisa berasal dari alam atau mulsa plastik, buatan pbarik.
Mulsa alami yang biasa digunakan adalah mulsa sisa tanaman dan mulsa batu. Mulsa sisa tanaman merupakan bahan organik yang berasal dari sisa tanaman seperti jerami padi, batang jagung atau rumput liar.
Sedangkan mulsa batu adalah pemakaian benda-benda batu yang disusun di tanah dengan maksud untuk menghambat gulma tanaman sekaligus berperan mengghambat erosi di musim hujan.
 Penggunaan mulsa batu sangat terbatas. Kecuali di daerah yang banyak batunya. Ukuran batu yang digunakan berkisar antara 2-10 cm.Â
Selain mulsa alami berupa sisa tanaman dan mulsa batu, saat ini para petani terutama pegiat agribisnis lebih banyak menggunakan mulsa plastik. Sebab banyak tersedia di toko-toko dalam jumlah yang banyak. Selain itu, penggunaannya dirasa lebih efektif dan efisien.Â
Perbedaan Serapan Cahaya dari Mulsa Hitam, Perak dan Bening
Mulsa plastik adalah lapisan tipis dari bahan plastik yang digunakan untuk menutupi tanah di sekitar tanaman pertanian.Â
Jenis mulsa plastik yang umum digunakan adalah mulsa plastik hitam, mulsa transparan, dan mulsa perak.
Ketiga jenis mulsa berbahan plastik ini dapat diperoleh dari toko-toko pertanian terdekat. Sekarang ini dapat dipesan melalui toko-toko online.
Mulsa plastik yang sering digunakan adalah kombinasi mulsa plastik berwarna hitam dan perak. menurut info dari tipspetani.com. Alasannya, jenis mulsa ini tidak menyerap cahaya. Keuntungannya, kelembaban tanah terjaga dengan baik.Â