Ini adalah goresan hati seorang ayah. Karena alasan ayah harus tegar maka apa yang ia rasakan seringkali disimpan rapat-rapat di dalam hati.
Rahasia hati seorang ayah. Â Tersenyum saat hendak berpisah. Terlihat menyemangati yang ditinggal.
Digenggamnya jemari anak dan isteri. Memeluk dengan erat dan kuat.Â
Ia berusaha untuk menampakkan raut muka yang datar saja. Namun hatinya gundah gulana. Menangis dalam kebisuan. Â
****
Pagi ini, aku bangun pukul 05.30 Wita. Sengaja bangun di jam tersebut karena jadwal keberangkatan pesawat tertulis pukul 09.35 Wita.
Jadinya tak perlu terburu-buru seperti biasa, berangkat pada pukul 06.15 Wita. Lagi pula, semalam sudah check in via website maskapainya.
Barang bawaan pun tak banyak. Hanya tas pakaian berisi dua lembar pakaian. Juga tas kecil berisi lap top dan satu tas jinjing yang di dalamnya berisi sedikit makanan dan oleh-oleh.
Kebetulan pula, anak-anak dan isteri sudah libur. Liburan kenaikan kelas yang lumayan lama. Sayangnya, jadwal liburku tak sinkron dengan libur sekolah.
Rencana untuk libur bersama pun tak kesampaian. Namun seperti biasa, mereka makhlum. Sudah paham, pekerjaan ayah mereka lebih penting daripada liburan bersama.
Sejak semalam, mereka berencana untuk mengantar sang ayah ke bandara. Si bungsu pun tak mau tidur di kamar lain. Ingin memeluk ayahnya sambil mendengarkan cerita petualangan.Â