Kemarin (Sabtu, 19 November 2022), sekira pukul 13.00 Wita, datang sebuah paket untuk saya. Tak disangka, buku tersebut adalah bingkisan dari Bapak Tjiptadinata Effendi. Saya lebih suka menyapanya dengan sebutan Pak Tjip.
Jadinya lumayan terhibur setelah gagal bertemu Pak Tjip dan Bu Roselina dalam kunjungan ke Kota Kupang, NTT beberapa waktu lalu. Dengan penuh haru bercampur gembira, kubuka sampul berwarna coklat tersebut.
Halaman depan tertulis, 'Transformasi DIRI dalam Mengarungi Samudra Kehidupan'. Pada baris terakhir tertulis nama Tjiptadinata Effendi. Pada pojok kiri atas, tercetak pula logo penerbitnya Elex Media Komputindo, salah satu grup KKG yang sudah tidak asing lagi di Nusantara.
Kubalik sampul belakangnya. Berisi ringkasan tentang apa yang melatarbelakangi munculnya buku berjudul Transformasi Diri. Ya, ternyata dorongan untuk melakukan sesuatu yang positif dan kuat itu bisa terjadi dimana saja. Di tempat publik, di ruangan privat. Saat ramai, pun ketika sepi melanda.
Transformasi Diri ala Sang Maestro, didapatkan ketika bersama sama kekasih Ibu Roselina terbang menuju Benua Kangguru, Australia. BTW, tentu saja terbang dengan pesawat, sebab manusia tak bersayap (hehehe). Ya, terbang menembus awan, mengarungi langit nan biru.
Pak Tjip bersama Ibu Roselina, adalah pasangan yang aktif memberi motivasi kepada saya sejak kembali aktif menulis di Kompasiana. Hampir semua Kompasianer selalu disapa beliau berdua.
 Ada dua pesan yang saya peroleh selama berinteraksi dengan beliau melalui kolom komentar yang disediakan. Pesan pertama, Sang Maestro memiliki tips sederhana saja. Tulislah apa yang Anda alami dalam kehidupan sehari-hari. Banyak hal baik yang dapat dibagikan kepada orang lain, dari pengalaman kita yang sederhana sekalipun.
Pesan kedua, menulis bisa membantu membuat pikiran kita terpola dengan baik. Menghindari kepikunan dini, dan tentu saja karena terbiasa menulis dengan pilihan kata yang teratur, maka cara menyampaikan pendapat secara lisan pun akan teratur.
Kubuka halaman pertama buku Sang Maestro. Hanya ada dua kata tertulis di situ, Transformasi Diri. Kuambil pena, meletakkannya di situ. Ingin rasanya aku segera menulis bagaimana akan mentransformasi diri, membuat goresan-goresan itu pada lembaran kosong tersebut.