Ini adalah serial ketiga tulisan tentang Projek Penguatan Profil Pancasila dengan Topik Produk Lontar dan Kearifan Lokal yang dilaksanakan oleh TKK Canossa Kupang.
Masih tentang pemanfaatan Lontar atau Siwalan alias Saboak, si pohon kehidupan orang NTT. Kali ini khusus tentang pemanfaatan daunnya.
Daun Lontar adalah benda yang bernilai tinggi di  NTT. Salah satu bagian penting muusik Sasando dan topi Rote bernama Ti'i Langga, dibuat dari daun Lontar.
Kedua produk ini, menjadi simbol penting dan sangat bernilai bagi masyarakat Provinsi NTT. Â Telah digunakan dalam peristiwa-peristiwa penting di Indonesia seperti upacara HUT Kemerdekaan, menjamu tamu agung, dan acara besar lainnya. Bahkan telah dikenal oleh bangsa dan negara lain di luar Indonesia.Â
Berikut ini, lagu instrumen Bolelebo yang dimainkan oleh pemain Sasando terkenal, Natalino Mella, mengenakan pakaian adat Rote, termasuk Ti'i Langga di kepalanya.
Sasando dan Tii Langga
Sasando merupakan alat musik tradisional asal Rotendao, Â salah satu deretan pulau barisan selatannya Indonesia. Daerah ini adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi NTT, beribukota Ba'a.
Alat musik tradisional yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17 ini memiliki dua resonator. Yang pertama berupa kawat yang mengeluarkan bunyi, diikatkan pada semacam cincin. Sementara resonator kedua terbuat dari daun lontar yang sekaligus berfungsi sebagai aksesoris yang mempercantik tampilan Sasando.
Sasando dimainkan dengan cara dipetik, mirip kecapi atau harpa. Sasando dipetik dengan menggunakan dua tangan yang berlawanan. Mulanya Sasando memiliki 7 dawai saja, lalu ditambahkan menjadi 10, 24, 28. Bahkan kemudian berkembang menjadi 32 hingga 48 senar.