Sasando double lebih komplit lagi, memiliki 56 hingga 84 dawai. Demikian informasi yang disampaikan oleh seorang maestro Sasando bernama Jeagril Paas melalui kumparan.com di Kupang.
Ti'i Langga merupakan perlengkapan pakaian adat dari Rotendao. Tidak lain adalah sebuah topi yang dianyam dari daun lontar, termasuk tali pengikatnya.
Ti'i Langga biasanya dipakai oleh kaum pria. Namun ada kalanya dipakai juga oleh perempuan. Pada bagian depannya, ada anyaman semacam jambul yang berlekuk. Meskipun terlihat besar, Ti'i Langka itu ringan-ringan saja.
Ti'i Langga sering digunakan pada acara-acara adat, pernikahan dan bahkan pada acara keagamaan atau acara nasional. Tii Langga menjadi lambang keperkasaan dan wibawa seorang pria yang mengenakannya.
Kini, Sasando mini dan Ti'i Langga dapat diperoleh di tempat-tempat penjualan produk NTT sebagai oleh-oleh atau cinderamata. Biasanya dijual bersama dengan aneka tenun NTT dan makanan khas NTT lainnya.
Anyaman Berbahan Utama Lontar
Selain digunakan untuk alat musik tradisional Sasando dan Ti'i Langga, daun Lontar juga digunakan untuk aneka kerajinan. Banyak produk yang dikembangkan dari bahan utama daun Saboak ini. Berikut ini beberapa produk kerajinan dari daun Lontar.
Tikar. Orang NTT sering menggelar tikar ketika ada tamu yang berkunjung. Biasanya tikar dihamparkan di atas lantai atau bale-bale.
Wadah Dapur. Banyak alat dapur yang dianyam dari daun lontar. Ada bakul, juga nyiru untuk menampih beras. Selain itu, beberapa produk tatakan gelas dan piring juga dapat dibuat dari daun lontar. Agar menghasilkan anyaman warna-warni, maka daun lontar diberi pewarna sesuai dengan keinginan si pengrajin.
Tas dan Dompet. Kedua produk ini bisa dibuat dari daun Lontar. Mulai dari ukuran yang kecil hingga ukuran besar. Anak-anak zaman dahulu, sering menggunakan tas dari anyaman daun Lontar sebagai tas buku mereka.