NTT, Nanti Tuhan Tolong. Alamnya kering dan gersang. Namun tak kosong melompong. Begitu banyak tumbuhan yang hidup di sini. Tak perlu ditanam, cukup diberi kesempatan pada mereka untuk hidup. Dan mereka pun akan memberikan dirinya untuk dimanfaatkan oleh manusia. Salah satu flora bermanfaat dimaksud adalah pohon lontar alias saboak.
Tulisan ini merupakan serial kedua dari kegiatan Projek Penguatan Profil Pancasila yang dilakukan oleh TKK Canossa Kupang. Tema utama yang diusung adalah Aku Cinta Indonesia dengan topik Produk Lontar dan Kearifan Lokal NTT.
Lontar adalah salah satu tumbuhan yang hidup dan berkembang dengan sendirinya di NTT. Meskipun banyak manfaatnya, tumbuhan ini tidak dibudidayakan seperti komoditas lainnya. Tumbuh menyendiri, dalam kelompok kecil atau populasi yang sangat banyak, hingga kawasannya dinamakan hutan lontar.
Selain dikenal dengan sebutan lontar, Â pohon ini juga dinamakan siwalan. Di tempat lain, disebut sebagai pohon penghasil buah degan.
Lontar memiliki nama ilmiah Borassus flabellifer Linn. Konon, pohon saboak berasal dari Sri Lanka dan India.Â
Menyebar ke Arab Saudi, lalu ke Asia Tenggara seperti Malaysia, Filipina dan Indonesia. Tanaman ini dapat dijumpai di Jawa bagian Timur, Sulawesi, Kepulauan Maluku, Sulawesi, dan NTT.
Pohon saboak memiliki akar serabut. Meskipun memiliki perakaran yang hanya menceram permukaan tanah, saboak termasuk pohon yang jarang tumbang. Pengalaman badai tropis Seroja di NTT pada tahun 2021 membuktikannya.
Siwalan mampu hidup di tempat-tempat gersang dan berbatu karang seperti di Pulau Timor, Sumba, Rote, Sabu, dan Pulau Kisar di Maluku Barat Daya sana.Â
Pohon yang masih kecil pun tetap bertahan hidup, sekalipun mengalami musim kekeringan yang ekstrem.