Pendidikan politik bagi warga negara sangat penting. Tak hanya ditujukan bagi warga negara untuk dapat menyalurkan haknya dengan penuh tanggung jawab. Tetapi lebih dari itu. Agar setiap warga negara, memiliki sikap dan perilaku yang sehat terkait dengan partisipasinya dalam kehidupan berdemokrasi.
Pendidikan politik pun hendaknya diberikan kepada para relawan yang akan meramaikan suasana menjelang, pada saat, dan sesudah Pemilu. Tujuannya, agar para relawan ini bekerja tanpa merugikan pihak lain. Tidak melakukan black campaign atau negative campaign. Juga tidak melakukan aksi-aksi yang melanggar ketertiban umum dan berlawanan dengan hukum.
Dalam Pemilu saat ini, para calon wakil rakyat, paslon  presiden-capres, dan lainnya  membutuhkan banyak relawan agar membantu memuluskan diri mereka menjadi pemenang.
Para caleg, harus bersaing antarsesama di dalam partai, juga dengan caleg tak separtai. Karenanya, mereka harus mencari para relawan yang bekerja untuk pribadinya, selain mesin politik partainya.
Volunteer atau relawan,sejatinya adalah orang-orang yang mengerjakan sesuatu secara suka dan rela. Â Seseorang memutuskan untuk menjadi sukarelawan karena merasa terpanggil untuk ikut membantu. Misalnya ketika ada bencana alam yang membutuhkan banyak tenaga dan bantuan.
Relawan tidak terbatas pada tanggap darurat. Bisa juga pada pelaksanaan perhelatan akbar. Di antaranya pesta olahraga sebesar PON, Sea Games, Asian Games, dan Olympiade. Atau tour akbar artis dan panggung kesenian.
Selain itu, para relawan pun kini "terpanggil untuk membantu" memperlancar urusan seseorang, kelompok, atau partai dalam panggung politik Indonesia.
Ide Kompasiana mengangkat tema "Mengatur Gerak Relawan Politik" perlu direnungkan. Mengapa pergerakan para relawan harus diatur? Bukankah mereka 'terpanggil' untuk ikut menyukseskan perhelatan demokrasi terakbar di tahun 2024 ini? Tentu saja perlu diatur agar tertib. Namun lebih dari itu, pendidikan politik bagi mereka sangatlah penting. Pencerahan dan penyadaran.
Melihat trend pada Pemilu sebelumnya, pergerakan para relawan tidak bisa dianggap enteng. Kontribusi mereka terhadap dinamikan Pemilu sangat terasa.
Jika zaman dahulu, berita disajikan melalui media cetak dan elektronik, maka kini informasi-informasi terkait Pemilu semakin gencar dilakukan melalui media sosial. Saking ramainya, kita semakin kesulitan untuk membedakan, mana berita yang benar dan mana yang tidak benar alias hoax.
Sebutan relawan pun kini bergeser. Dari yang awalnya tak dibayar, kini menjadi abu-abu. Dibayar tapi tidak mengaku bahwa ia dibayar untuk melakukan sesuatu, dengan tujuan menaikkan popularitas dan elektabilitas seseorang atau partai kontestan.
Nilai Minus terhadap Para Relawan
Beberapa penilaian minus terhadap pada relawan politik yang sering dilakukan oleh masyarakat umumnya adalah sebagai berikut:
Pelaku Kampanye Negatif
Ketika menjelang Pemilu, dunia maya sangat ramai dengan berbagai postingan. Foto dan tulisan berseliweran di berbagai media sosial. Sering terjadi diskusi atau perdebatan panas. Bahkan cenderung saling menyerang dan mendiskreditkan calon lain.
Banyak yang memuat berita tanpa mengecek kebenarannya. Karenanya para relawan sering dicap sebagai pelaku kampanye negatif.
Perusak Atribut Parpol Lain
Dalam dunia nyata, para relawan pun seringkali melakukan aktifitas di luar tugas utamanya. Beberapa kasus perusakan atribut partai lain, atau merobek foto calon lain biasa terjadi.
Kondisi ini, terjadi karena orang yang melakukannya belum memiliki kesadaran tentang bagaimana bekerja dengan baik. Mereka berpikir, dengan merusak atribut partai lain maka para pemilih akan beralih ke partai atau orang yang ia dukung.
Para relawan ini, juga sering merusak atribut orang atau partai lain. Peristiwa ini, sering dilakukandi temapt yang dianggap sebagai basis partai atau figur tertentu. Apalagi para relawan secara sukarela membentuk posko-posko di lingkungan mereka.
Ternyata masyarakat pemilih juga semakin cerdas. Masyarakat malah menunjukkan sikap tidak suka terhadap relawan yang merusak atribut partai lain. Tindakan yang tersebut, malah kontra produktif dan menguntung lawan politik.
Pemicu Bentrok di Perjalanan
Selain kasus perusakan atribut, beberapa pendukung partai pun bentrok manakala mereka bertemu di tempat tertentu.
Beberapa kasus Pemilu 2014 dan 2019 dapat menjadi pelajaran agar Pemilu 2024 dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya kericuhan atau bentrok.
Penyalur Amplop Serangan Fajar
Relawan membagi-bagi uang dalam pelaksanaan Pemilu juga terjadi. Relawan tangkap relawan yang membawa amplop berisi  uang pun pernah terjadi pada Pemilu sebelumnya.
Namun kasus-kasus ini, juga sering lolos karena kurang kuatnya bukti yang diajukan. Akibatnya, selalu muncul kasus bagi-bagi uang, utamanya menjelang hari pencoblosan yang dikenal dengan nama "Serangan Fajar".
Nilai Plus Para Relawan
Selain hal-hal  negatif yang sering disematkan pada para relawan politik, kehadiran mereka pun memiliki nilai plus di mata masyarakat. Beberapa diantaranya adalah:
Menjaga Netralitas Pelaksana Pemilu
Kehadiran para relawan, paling tidak turut berkontribusi untuk mengurangi kecurangan-kecurangan yang dapat dilaksanakan oleh para pelaksana Pemilu. Mulai di TPS, pengawalan surat suara hingga pengawasan dan pengawalan surat suara di tingkat nasional.
Menjaga Upaya Manipulasi
Para relawan, Â menjadi volunteer di berbagai Tempat Pemungutan Suara (TPS). Mereka menjadi saksi yang ikut melihat proses berjalannya pemungutan suara. Juga ikut mengawasi dan mencatat hasil pemungutan suara yang ada di TPS dimana ia ditugaskan.
Masih banyak manfaat dari kehadiran relawan politik ini dalam mendukung pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Namun tentunya kehadiran para relawan ini harus didukung. Diberi pencerahan melalui pemberian pendidikan politik, termasuk etika menjadi seorang volunteer.
Semoga Pemilu 2024 dapat terlaksana dengan baik. Semua elemen yang terlibat dalam pesta demokrasi terebesar di Indonesia ini dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya. Termasuk para relawan politik kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H