Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Belajar dari Perjuangan Putri KW di Orleans Masters 2022

5 April 2022   18:51 Diperbarui: 5 April 2022   18:59 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menjadi juara dalam turnamen olahraga, tak hanya fisik yang harus dipersiapkan. Mental pun sangat penting. Termasuk dalam olahraga badminton yang menjadi salah satu olahraga yang diminati oleh masyarakat Indonesia, selain bola kaki.

Mental, sering menjadi persoalan utama yang dihadapi oleh seorang atlet. Dalam olahraga yang perhitungan skornya dihitung secara langsung, tingkat ketidakstabilan pemain sering ditampakkan saat lawannya menampilkan performa yang lebih baik dari dirinya.

Ketika lawan mulai mengejar, pemain yang tidak bermental baja terlihat grogi. Lebih sering melakukan kesalahan sendiri. Jika bolanya tidak melebar alias out, maka bisa tersangkut di net, atau service-nya terlalu rendah sehingga gagal mendapatkan angka.

Selain itu, jika sudah ketinggalan maka atlet yang tak punya motivasi akan cepat menyerah. Sering membiarkan bola dan tidak mau mengejar bola.

Padahal, jika yang bersangkutan tetap bermain dengan tenang maka bisa saja poin demi poin akan dikumpulkan untuk kemudian berbalik unggul. Lalu memenangkan pertandingan.

Penampilan yang tenang akan membuahkan hasil. Susi Susanti telah membuktikannya. Selalu tampil tenang, sekalipun telah tertinggal jauh. Ia tak gentar dan tak mau memikirkan sudah berapa poin yang dikoleksi lawan. Dan apakah ia mampu untuk mengejar ketertinggalannya untuk berbalik memimpin.

Salah satu moment yang dianggap ajaib pernah terjadi pada perebutan piala Sudirman tahun 1989. Dan itu karena ketenangan luar biasa seorang Susi 'Super' Susanti.

Susi 'Super' Susanti menjadi pahlawan Sudirman Cup tahun 1989. Foto: jombangupdate.pikiran-rakyat.com
Susi 'Super' Susanti menjadi pahlawan Sudirman Cup tahun 1989. Foto: jombangupdate.pikiran-rakyat.com

Kala itu di partai final melawan Korea Selatan, Susi diberi tanggung jawab sebagai pemain ketiga. Ia turun dalam kondisi sudah tertinggal 2-0. Di gim pertama, Susi kalah dari Lee Young-suk dengan skor 10-12. Dan pada gim kedua, Lee Youn-suk sudah memimpin 10-7 alias sudah mengantongi match point.

Saat itu, penonton sudah meninggalkan stadion. Tim merah-putih sudah tidak berharap lagi. Namun Susi tidak menyerah. Dengan tenang dan tetap tersenyum, ia meladeni permainan Lee. Perlahan tapi pasti, ia menambah poin. Susi Susanti mampu mengunci poin lawan lalu memenangkan set kedua dengan skor 12-10. Susi mampu memperpanjang permainan untuk bertarung pada set ketiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun