Provinsi NTT kembali menyumbang poin yang cukup besar untuk persoalan stunting di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, 5 kabupatennya masuk dalam prevalensi 10 daerah dengan angka stunting tertinggi. Demikian hasil Studi Gizi Indonesia (SGI) tahun 2021 yang dipublikasikan secara tertulis oleh Biro Umum dan Humas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasiona (BKKN) per Jumat (4/3/2022) lalu.
Hasil ini diinformasikan, terkait dengan perkembangan pelaksanaaan program prioritas percepatan penurunan stunting yang pada 246 Kabupaten dan Kota di Indonesia.
Lima kabupaten dimaksud adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), Alor, Sumba Barat Daya (SBD) dan Manggarai Timur (Matim). Bahkan, TTS dan TTU menduduki posisi pertama dan kedua untuk prevalensi tertinggi se- Indonesia dengan angka di atas 46 persen.
Tak hanya itu. Dari 22 kabupaten/Kota, tak ada satu pun yang masuk zona hijau. Lima belas kabupaten berlabel merah karena angka prevalensi stunting di atas 30 persen. Sisanya, 6 kabupaten dan 1 kota (Kota Kupang) menyandang status kuning dengan kisaran prevalensi stunting antara 20 -- 30 persen.
Dengan demikian, Provinsi NTT pun kembali dinobatkan sebagai provinsi penyumbang stunting terbesar secara nasional.
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat pun kembali menegaskan kepada para bupati dan pelaksana program-program yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan masyarakat NTT.
Tanpa tedeng aling-aling zonder basa-basi, Gubernur Viktor meminta para bupati untuk turun ke bawah untuk melihat langsung kondisi rakyatnya.
Saking marahnya, Gubernur Viktor bahkan mengancam untuk memukul para bupati yang tidak serius sehingga daerahnya mengalami peningkatan status stunting secara terus-menerus, seperti diberitakan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Stunting dan Pola Makan
Menurut Kemenkes yang disesuaikan dengan  WHO, stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur.