Dalam pernyataannya di Makasar (18/2/2022), Â Mendag Muhamad Lutfi menyampaikan bahwa kenaikan harga kedelai disebabkan karena terjadinya badai La Nina di Argentina dan beberapa wilayah Amerika Selatan.Â
Data BPS menunjukkan, Argentina termasuk salah satu dari 10 negara pengekspor kedelai ke Indonesia. Kesepuluh negara tersebut adalah Amerika Serikat, Kanada, Argentina, Brazil, Malaysia, Prancis, India, Kroasia, Jepang dan Singapura.Â
Singapura termasuk negara yang bisa mengekspor kedelai ke Indonesia. Padahal kita tahu, negara ini begitu kecil dan tidak memiliki lahan yang luas untuk produksi kedelai sendiri. Namun berkat kepiawaiannya dalam berbisnis, Singapura mampu menjadi pengekspor kedelai.
Revolusi Peternakan Babi di China
China mulai memelihara 5 miliar ternak babi dan mulai memberikan kedelai sebagai pakan ternaknya. Karena itu, China meningkatkan impor kedelainya, khusus dari Amerika Serikat. Karena itu, Â produk kedelai dari Paman Sam ini lebih banyak mengalir ke China.Â
Kedelai Impor Dirasa Lebih Berkualitas
Para pengrajin tahu dan tempe lebih suka menggunakan kedelai impor, khususnya untuk tempe. Alasannya, memiliki ukuran yang serempak dibandingkan dengan kedelai lokal. Sedangkan produk tahu bisa menggunakan kedelai lokal karena yang diambil adalah sari patinya saja.Â
Kedelai Impor Lebih MurahÂ
Selama ini harga kedelai impor lebih murah. Berada pada Rp 7.500/kg. Sementara harga kedelai lokal dipatok dengan Rp 8.500/kg sesuai Permendag RI no 7 Â Tahun 2020. Karena murah dan berkualitas, maka kedelai impor selalu menjadi bahan utama pengrajin dalam membuat produk mereka,
Meskipun demikian, harga kedelai kini naik menjadi Rp 10.000 hingga Rp 11.000. Hal tersebut membuat para produsen mulai berpikir: berhenti produksi atau tetap produksi dengan mengurangi ukuran ataukah menaikkan harga produknya.