Dewasa ini, semangat kebersamaan menjadi semakin luntur. Desa atau kampung yang menjadi benteng terakhir semangat gotong-royong pun tak luput dari degradasi tradisi luhur ini. Di saat dulu, hampir semua kegiatan dikerjakan secara bersama, termasuk mengumpulkan bahan-bahan untuk dikerjakan atau diolah menjadi makanan, menjadi bangunan, dan kegiatan produktif lainnya.Â
Biasanya gotong-royong dan tolong-menolong saling berbalasan. Jika seseorang yang diundang tidak hadir, maka bisa jadi orang tidak akan hadir untuk membantu saat yang bersangkutan meminta pertolongan. Karena itu, undangan secara lisan selalu disambut dengan sukacita sebab di kemudian hari pun orang lain akan datang membantu.
Tradisi tolong-menolong yang masih dapat dilihat di Talang Harno, salah satu kampung kecil yang terletak di sekitar jalan trans-Sumatera, Baradatu Way Kanan adalah rewangan.Â
Sejatinya, rewangan adalah kegiatan bantu-membantu yang dilakukan oleh saudara dan tetangga untuk persiapan suatu acara atau hajatan seperti pernikahan, tahlilan, yasinan, khitan, dll. Biasanya dilakukan oleh kaum perempuan untuk urusan dapur. Di sini, Â disebut rewangan seperti di Jawa karena sebagian besar penduduknya adalah suku Jawa. Â
Prinsip rewangan, ternyata tidak hanya terbatas pada urusan dapur. Di Talang Harno, ibu-ibu petani juga terbiasa untuk berkumpul dan  menjalankan kegiatan pertanian. Sangat mudah untuk mengumpulkan mereka.Â
Salah satu kegiatan yang mulai dilakukan secara kontinu adalah kumpulan untuk bertanam sayur-mayur. Mereka bekerja secara kelompok, dari rumah ke rumah.Â
Datang untuk bergotong-royong dengan membawa berbagai peralatan seperti golok, cangkul, sabit dan lainnya, tergantung pada tujuan kerja hari ini.Â
Bagi mereka, spirit rewangan harus diinternalisasikan dalam berbagai aktifitas sehari-hari sebab dengan menjalan prinsip rewangan, maka beban berat dapat teratasi dan pekerjaan berat menjadi pekerjaan ringan yang cepat diselesaikan.Â
Dengan spirit rewangan, ibu-ibu Talang Harno ingin memperbaiki taraf hidup mereka dengan bekerja sama dalam mengembangkan usaha tani mereka. Tak terbatas pada konsumsi keluarga tetapi sebagian untuk dijual dalam rangka menambah pendapatan keluarga.Â