Lelaki yang pertama bernama Fransiskus Manehat. Lebih akrab dipanggil Pak Kepala. Lelaki kedua bernama Adolfus Oenunu. Familiar dengan sapaan Pak Wakil. Kedua lelaki ini sudah dipanggil pulang oleh Sang Khalik Semesta di tahun 2021. Sekali pun sudah tiada, kenangan manis terhadap mereka masih tersimpan rapi di dalam sanubari anak-anak Oemuit.
Oemuit adalah salah satu tempat kecil di Desa Kuluan, Kecamatan Biboki Feotleu, Kabupaten TTU, Timor Barat. Letaknya persis di tengah kampung, penuh dengan tanaman kelapa dan pisang. Ada juga beberapa pohon sirih, pinang dan mangga. Tempatnya sangat sejuk tapi terkesan mistis. Orang kurang berani melintas Oemuit di kala malam. Selain sunyi, juga gulita, ditambah dengan desiran angin malam.
Sebenarnya kedua lelaki ini memiliki profesi utama sebagai Guru SD. Bapak Frans sebagai Kepala Sekolah dan Bapak Adolfus sebagai Wakil Kepala Sekokah. Mereka menjabat hingga pensiun. Meskipun demikian, bertani dan beternak menjadi kegiatan sampingan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, bahkan anak-anak dapat disekolahkan dari hasil ternak sapi.
Sampai akhir hayatnya, Bapak Frans bersama Mama Katharina yang juga berprofesi sebagai Guru, memiliki 10 anak, beberapa cucu dan cece. Usia pernikahan mereka sampai hampir 59 tahun. Luar biasanya lagi, beliau berdua seolah tidak mau dipisahkan. Kematian hanya memisahkan mereka selama dua minggu.
Jika Bapak Frans dan Mama Katharina hanya dipisahkan oleh maut selama 2 minggu, Bapak Adolfus dan Mama Rosina malah berpisah selama 25 tahun. Meskipun begitu, Bapak Adolfus memilih untuk tetap menduda setelah kepergian Mama Rosina di tahun 1996 hingga akhir hayatnya, 18 Januari 2021. Nampaknya 12 anak, cucu dan cece mereka adalah harta yang paling berharga.
Kedua lelaki ini, kini telah bahagia bersama pasangannya masing-masing di alam baka. Meskipun demikian, rekam jejak mereka tetap terpatri dalam sanubari. Dari mereka kami belajar untuk bertanggung jawab. Dari mereka kami belajar untuk tidak mengeluh. Dari mereka kami belajar untuk menyayangi anggota keluarga besar lainnya. Dan dari mereka pun kami belajar tegar untuk tetap bertahan hingga detik ini, sekali pun cukup banyak halangan dalam hidup.
Selamat berbahagia, ayah-ayah nan hebat. Doa kami selalu. Beristirahatlah dalam ketenangan abadi, bersama dengan ibunda-ibunda kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H