Abah Romli
Abah Romli. Pria ini lebih kurang berusia 82 tahun. Meskipun demikian, geraknya masih lincah seperti orang yang baru berusia 50-an tahun. Masih bisa mengayun cangkul dan memutil kopi. Â Juga memanggul karung berisi buah kopi, pisang, dsb nya.Â
Pekerjaan sehari-harinya adalah sebagai petani kopi. Selain memiliki kebun sendiri, Abah Romli pun merawat kebun kopi orang lain dengan sistem bagi hasil saat panen kopi. Untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama isterinya, lelaki asal Tangerang Banten ini juga bekerja sebagai buruh harian pada setiap orang yang mau menggunakan jasanya.Â
Sambung pucuk atau grafting pada tanaman kopi merupakan salah satu kegiatan hariannya menjelang musim hujan, lebih kurang di bulan Oktober hingga awal November. Satu hari Abah dapat melakukan grafting kopi sebanyak 150 hingga 200 batang kopi. Jika mengerjakan penyambungan di kebun orang, maka jasa belia adalah sebesar Rp 1.500 per satu sambungan.Â
Pengetahuannya tentang berbagai jenis tanaman kopi pun sangat baik. Â Pemahaman akan seleksi batang atas dan batang bawah juga sungguh tepat. Beliau menyampaikan, bahwa batang entres yang baik harus berasal dari pohon yang kualitas buahnya mantap, buahnya lebat dan nampak sehat. Biasanya, dari sekian pohon kopi yang ada di kebun, ada saja pohon induk yang memiliki kriteria tersebut. "Ambillah batang entres dari pohon tersebut,'' kata Abah sambil melemparkan senyumnya yang khas.Â
Pada mulanya, sekira lima tahun yang lalu, Abah berkenalan dengan seorang pekebun kopi asal Lampung Barat. Padanya, ia membeli batang entres robusta Tugu Kuning dan Tugu Hijau dengan biaya sebesar Rp 500 per batang yang mana setiap batang entres bisa menghasilkan 3-4 skion. Dan sebagai tambahannya, Abah boleh belajar sama pemilik kopi asal Lampung Barat ini hingga kemudian Ia berhasil melakukan praktik grafting dengan gesit dan tingkat keberhasilan selalu di atas 90%.Â
Karena keahliannya, maka banyak petani yang kemudian datang dan belajar padanya. Bahkan sering kali beliau dipanggil untuk menularkan ilmu grafting kepada petani lainnya tanpa biaya alias gratis. Menurut si Abah, keberhasilan grafting juga terkait dengan mood dan konsentrasi seseorang. Apabila lagi bad mood, maka ada saja sambungan yang tidak berhasil. Karena itu, saat melakukan grafting, sebaiknya dilakukan dengan senang dan tidak melamun wae, kata Abah yang masih sering berbicara dengan bahasa Sunda, meskipun sudah lama tinggal di Bukit Jambi, Way Kanan Lampung.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H