Lopo, adalah bangunan khas penduduk di Pulau Timor bagian barat. Memiliki empat tiang utama, di bagian pangkal menuju loteng atau plafon, dipasang papan penghalang.Â
Pemasangan papan ini bertujuan untuk menghalangi tikus di samping sebagai tempat menyimpan beberapa peralatan yang sering digunakan sehari-hari. Loteng atau plafon dibuat dengan kokoh, sebagai lumbung penyimpanan hasil panen selama satu tahu, baik berupa padi, jagung maupun kacang-kacangan.Â
Atap bangunan ini berbentuk bulat, dipilin dari susunan alang-alang. Pada puncak lopo, alang-alang diikat lagi dengan ijuk agar lebih kuat dan tidak terbongkar saat diterpa angin.Â
Selain beratapkan alang-alang, lopo asli Timor barat biasanya berlantaikan tanah dan diisi dengan tempat tidur berupa bale-bale yang tiangnya ditanam langsung di tanah. Bale-bale ini berfungsi sebagai tempat tidur para pria, sementara perempuan tidur di dalam rumah.Â
Pada bagian lantai lain, ada perapian yang selalu ada apinya. Sering digunakan untuk menghangatkan diri terutama di malam hari karena tempatnya yang terbuka dan dingin. Juga sebagai pengusir ular dan nyamuk. Sebab lopo tidak berdinding.
Selain sebagai tempat tidur, bale-bale ini dimanfaatkan sebagai 'kursi' ketika ada kunjungan dari tamu atau saat ada pertemuan-pertemuan keluarga  untuk membahas sesuatu yang penting dalam keluarga besar mereka.Â
Sebagai tempat pertemuan keluarga, lopo ini tidak pernah sepi. Sering kali tetangga sekedar berkunjung untuk makan sirih atau bersenda-gurau selepas kerja di kebun.Â
Bahkan seringkali digunakan sbagai tempat aktifitas kaum perempuan untuk menenun kain Timor, menganyam tikar, dan anyaman lainnya. Juga digunakan oleh bapak-bapak untuk memintal tali adan membuat prakarya yang lainnya yang biasa dikerjakan oleh kelompok laki-laki.Â
Sayangnya, Lopo Timor sekarang sudah dibangun dengan menggunakan bahan-bahan belian. Tiangnya dicor, tempat duduknya pun dicor dari semen, lantai sudah diplester ddengan semen minyak dan atapnya sudah diganti dengan seng.Â
Keasliannya sudah tinggal 40 persen. Meskipun begitu, 'keramahan' tuan lopo masih tetap sama. Selalu tersenyum menyambut tamu dan di sinilah musyawarah mufakat selalu terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H