Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lopo, Sarana Pertemuan Keluarga Timor

14 November 2019   18:17 Diperbarui: 28 Oktober 2022   19:29 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lopo keluarga di Nasiunaf, Biboki (dok pribadi)

 Lopo, adalah bangunan khas penduduk di Pulau Timor bagian barat. Memiliki empat tiang utama, di bagian pangkal menuju loteng atau plafon, dipasang papan penghalang. 

Pemasangan papan ini bertujuan untuk menghalangi tikus di samping sebagai tempat menyimpan beberapa peralatan yang sering digunakan sehari-hari. Loteng atau plafon dibuat dengan kokoh, sebagai lumbung penyimpanan hasil panen selama satu tahu, baik berupa padi, jagung maupun kacang-kacangan. 

Atap bangunan ini berbentuk bulat, dipilin dari susunan alang-alang. Pada puncak lopo, alang-alang diikat lagi dengan ijuk agar lebih kuat dan tidak terbongkar saat diterpa angin. 

Selain beratapkan alang-alang, lopo asli Timor barat biasanya berlantaikan tanah dan diisi dengan tempat tidur berupa bale-bale yang tiangnya ditanam langsung di tanah. Bale-bale ini berfungsi sebagai tempat tidur para pria, sementara perempuan tidur di dalam rumah. 

Pada bagian lantai lain, ada perapian yang selalu ada apinya. Sering digunakan untuk menghangatkan diri terutama di malam hari karena tempatnya yang terbuka dan dingin. Juga sebagai pengusir ular dan nyamuk. Sebab lopo tidak berdinding.

Selain sebagai tempat tidur, bale-bale ini dimanfaatkan sebagai 'kursi' ketika ada kunjungan dari tamu atau saat ada pertemuan-pertemuan keluarga  untuk membahas sesuatu yang penting dalam keluarga besar mereka. 

Sebagai tempat pertemuan keluarga, lopo ini tidak pernah sepi. Sering kali tetangga sekedar berkunjung untuk makan sirih atau bersenda-gurau selepas kerja di kebun. 

Bahkan seringkali digunakan sbagai tempat aktifitas kaum perempuan untuk menenun kain Timor, menganyam tikar, dan anyaman lainnya. Juga digunakan oleh bapak-bapak untuk memintal tali adan membuat prakarya yang lainnya yang biasa dikerjakan oleh kelompok laki-laki. 

Sayangnya, Lopo Timor sekarang sudah dibangun dengan menggunakan bahan-bahan belian. Tiangnya dicor, tempat duduknya pun dicor dari semen, lantai sudah diplester ddengan semen minyak dan atapnya sudah diganti dengan seng. 

Keasliannya sudah tinggal 40 persen. Meskipun begitu, 'keramahan' tuan lopo masih tetap sama. Selalu tersenyum menyambut tamu dan di sinilah musyawarah mufakat selalu terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun