Rumah makan Serarung, sudah terlihat didepan. Aku masuk halaman parkir perlahan, kulihat banyak tempat yang kosong, sepertinya siang ini pelanggan tidak begitu banyak, bahkan kalo boleh dibilang sepi. Kupilih parkir ditempat yang agak rindang dibawah pepohonan, jajaran pohon yang membuat tempat parkir di rumah makan ini terasa sejuk dan asri.
Masuk ke rumah makan, alunan musik suling dan kendang lembut memenuhi seluruh ruangan. Aku memilih duduk ditempat dekat kolam kecil, tempatnya teduh dan sudut pandangnya luas. Udara dari ruang terbuka, ditambah suara gemericik air, ditambah pemandangan beberapa ekor ikan mas merah berenang berputaran mengelilingi patung pembuat gelembung. Aku hanya memesan air mineral
Tidak berapa lama, akhirnya yang kutunggu datang juga. Drs Telo.., begitu aku mengenalnya.
Sampai akhirnya aku melihat langsung nama lengkapnya, tertempel didada sebelah kanan, terbuat dari bahan mika dengan tulisan putih diatas warna dasar hitam yaitu Drs H Kartelo. Berpakaian rapi dengan lencana korpri kuning keemasan mengkilat tersemat didada sebelah kiri.
Sekilas pandangannya menyapu dalam ruangan, tangannya segerai melambai begitu melihat aku berdiri.
Jalannya tegap, penuh percaya diri…, langkahnya teratur.
Nampak gagah sekali.
Wajahnya bersih, kulitnya kuning langsat. Masih cukup muda, kutaksir umurnya sekitaran empat puluh tahun. Kelihatan matang dan mapan. Gerak geriknya halus, senyumnya ramah, tutur katanya lembut dan pilihan bahasanya sangat santun
Sudah beberapa kali aku ikut menemani bosku menemui orang ini.
Seharusnya bosku sendiri yang menemui, tetapi dalam kesempatan kali ini aku yang diminta menemuinya. Mungkin karena sudah sering ikut, jadi dianggap aku tidak akan salah orang dan pak Drs Telo ini tentu juga sudah mengenaliku karena beberapa kali bertemu.
Aku sambut dan kuulurkan tanganku menyalaminya.
“ Sudah lama menunggu..? Sorry soalnya tadi ada ketemuan sama orang juga… ” katanya dengan nada ramah dan senyum yang terkembang
“ Belum lama pak…” jawabku sopan
“ Tadi bosmu telpon, memberi tahu kalau dia tidak bisa datang sendiri ….”
“ Iya pak, beliau minta maaf dan titip salam saja…”
Dia memanggil pelayan, memesan minuman dan menawari aku makan. Aku menolak halus tidak lupa mengucapkan terimakasih. Setelah basa – basi sebentar aku segera paham, kukeluarkan amplop dari dalam tas dan kuserahkan kepadanya. Bukan sekali ini saja pak Telo menerima amplop dari perusahaan. Setiap kali menemui pak Telo aku melihat bos selalu menyelipkan amplo buat pak Telo.
Namun amplop yang kubawa kali ini ukurannya luar biasa. Sangat jauh berbeda dari yang biasa dibawa bosku.
“ Mat.., ini isinya dua ratus lima puluh juta. Kau bawa dan berikan sama pak Telo. Pastikan diterima sendirioleh beliau. Kamu tau sendiri.., sudah seminggu lalu ini direncanakan. Tapi sekarang ada tugas dari direktur mendadak, jadi aku tidak bisa menemui beliau secara langsung. Tolong sampaikan maaf dan salamku buat beliau.” Begitu kata bosku mengingatkan agar aku berhati - hati.
Tentu saja aku tidak akan lupa. Aku masih mengingatnya dengan jelas. Seminggu yang lalu bos memberitahu aku kalau hari ini janji ketemu pak Telo untuk sejumlah uang yang banyak. Namun waktu itu pak bos tidak secara langsung menyebut jumlahnya seperti tadi.
Pak Telo ini dari kantor dinas pajak. Aku tidak begitu paham persoalan perusahan dengan pak Telo ini. Namun dari perkiraanku, pak Telo inilah yang membantu mengurus masalah kewajiban pajak perusahaan.
Dan sekarang uang Dua ratus Limpa puluh juta rupiah, berpindah tangan. Katanya kalau lewat rekening malah sudah tidak aman.
Segera setelah setelah mengintip amplop besar yang dia terima, senyumnya sedikit mengembang. Tidak ada ekspresi yang berlebihan, kesannya cool banget. Mungkin sudah terbiasa menerima uang sebesar itu, atau mungkin malah sering menerima dalam jumlah yang lebih banyak lagi.
“ Oke pak…, ini sudah saya terima, nanti saya bbm aja bosmu. Saya langsung saja. Ini untuk bayar minumannya, kalau mau makan juga lebih dari cukup..” kata pak Telo itu sambil meletakkan lembaran ratusan ribu dimeja.
Sekilas kulirik ada sekitar lima lembar.
Aku mengangguk dan mengucapkan terimakasih.
Aku berdiri, menjabat tangannya sambil setengah membungkuk. Begitu bayangan pak Telo keluar dari pintu aku segera mengemasi barang2 dan membayar ke kasir.
-- o0o--
Pagi – pagi tadi masih dalam perjalanan bos menelepon agar setelahsampai dikantor, aku segera menemuinyadiruangan.
“ Mat kesini kamu….., gila Mat. Pak Telo kemaren sore dirampok Mat….” Nyerocos bosku begitu aku masuk keruangannya.
“ Untung masih hidup pak Telo Maat…. Katanya babak belur dihajar sama perampoknya ….. Sekarang kau tunggu dibawah ya…bentar lagi kita tengok ke Rumah Sakit…”
“ Siaap bossku…. “ jawabku singkat.
Segera setelah bos datang kami meluncur ke rumah sakit. Dalam ruang perawatan kelas VIP nampak pak Telo terbaring dengan selang infus menancap ditangan kirinya. Seorang perempuan menunggui dan merawat disebelahnya.
Bos masuk dan aku disuruh menunggu diluar saja.
Aku menunggu bossku dipelataran parkir.
Sambil menunggu aku beli salah satu koran lokal. Aku ingin tahu apakah kejadian yang menimpa pak Telo sempat tercium oleh wartawan.
Aku bolak – balik dan ketemu berita dikolom Kriminal kota, Aksi Perampokan Pegawai Dinas Pajak. Begitu judul beritanya.
Pelan – pelan kubaca dan aku menahan senyum, dalam berita itu dituliskan bahwa seorang pegawai dinas pajak telah menjadi korban perampokan oleh dua orang yang mengendarai sepeda motor. Korban dirampok didepan rumah mewahnya, saat sang sopir turun hendakmembuka pintu pagar. Tidak ada saksi mata karena suasana perumahan mewah itu memang sehari – harinya sepi. Kerugian terbesar adalah dirampasnya sebuah laptop yang berisi file – file penting tentang data – data perpajakan yang tengah ditangani, yang sedang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Diperkirakan perampok adalah orang suruhan dari orang yang berkepentingan dengan data – data tersebut.
Sama sekali tidak disebutkan kehilangan uang dalam jumlah ratusan juta.
-- o0o --
“ Alhamdulilah bang, semua berjalan sesuai rencana…………..”
“ Kampret kamu, berbuat maksiat jangan bawa2 nama tuhan…..sontoloyo kamu..”
“ Iya bang, maaf bang……, waktu kita hadang, orang itu sama sopirnya melawan, jadi kita hajar aja bang……. “
“ Iya aku sudah lihat sendiri wajahnya bonyok.., Mana barangnya…???”
Amplop yang berisi dua ratus lima puluh juta itu diambil dari bawah meja…, aku kenal betul karena amplopnya ada logo dari kantor, dan ada satu lagi amplop yang tidak kalah besar.
“ Itu yang satu apaan tu...?”
“ Itu juga ada didalam mobil bang, jadi kita ambil sekalian…kayaknya uang juga bang Cuma kita blum berani buka “
Kulihat memang masih terekat lem, aku robek dan memang benar isinya uang. Sungguh luarbiasa, hasilnya betul - betul diluar perkirakan.
“ Sudah sekarang bubar dulu.., nih kalian ambil masing – masing sepuluh juta. Jangan berbuat aneh – aneh dan membuat orang curiga. Nanti aku hubungi kalau sudah aman…, ngerti kalian..!!!”
“ Baik bang….” Kedua anak buahku segera menyelinap pergi
Aku tertawa sendiri, dua amplop besar berisi uang ada dihadapanku. Aku membayangkan wajah pak Telo yang lebam biru – biru.
Untuk beberapa hari kedepan pasti dia tidak akan bisa tersenyum…………
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H