Cerita tentang Sondang yang membakar diri di depan Istana Negara menarik perhatian saya sebagai seorang mahasiswa yang baru ngampus satu semester. Almarhum Sondang meninggalkan perdebatan setelah kepergiannya.
Rabu, 14 Desember 2011, kampus saya dikunjungi teman-teman mahasiswa dari perguruan tinggi-perguruan tinggi lain di Bandung. Menurut beberapa sumber, mereka berdemo di depan ITB karena menolak aksi solidaritas untuk almarhum Sondang. Mereka melakukan aksi teatrikal di depan kampus dan berorasi. Mereka menganggap ITB terlalu eksklusif dan tidak solider. Bahkan mereka juga berusaha masuk kampus dan menurunkan bendera depan kampus menjadi setengah tiang, namun diamankan satpam.
Pihak Keluarga Mahasiswa ITB sendiri memang menolak aksi tersebut karena dalam pertemuan sebelumnya, pihak yang mengadakan aksi tidak mampu menjelaskan konten secara jelas. Kak Tizar Bijaksana, selaku Presiden KM-ITB malah mendapatkan bingkisan yang menurut pemberinya, merupakan simbol sikap yang "kebanci-bancian". Padahal, menurut Kak Tizar, aksi tersebut memang kurang jelas, dan sebenarnya ITB lebih suka jalan diplomatis dengan diskusi.
Berita ini mengundang perhatian banyak orang terutama mahasiswa. Pro dan kontra pun bermunculan. Saya yang baru menjalani kemahasiswaan merasa tertarik untuk memahami lebih lanjut masalah seperti ini.
Mahasiswa, (sejak) dulu dikenal sebagai massa yang rajin melakukan aksi demo mengkritik kinerja pemerintah. Mulai dari aksi yang tertib dan kondusif hingga yang terkesan "rusuh". Berteriak dan berorasi lantang-lantang, membakar-bakar benda di tengah jalan, dan melakukan aksi teatrikal. Katanya sebagai bentuk kepedulian terhadap rakyat dan keadaan bangsa. Kekuatan mahasiswa dulu menjadi senjata yang sangat ampuh melawan kekuasaan Orde Baru.
Mahasiswa, berdasarkan hasil PROKM yang saya dapatkan kemarin, memiliki popope, alias Posisi, Potensi, dan Peran. Posisi mahasiswa adalah masyarakat sipil yang terdidik. Mahasiswa memiliki potensi-potensi di antaranya semangat, multidisiplin ilmu, independen, keahlian, jaringan yang luas, kritis, idealis, dan energik. Nah, peran mahasiswa itu sebagai iron stock (siap ditempa untuk menggantikan besi yang sudah berkarat), guardian of value (penjaga nilai-nilai luhur sebagai jati diri bangsa), dan agent of change (agen perubahan). Dari sana sudah terlihat bahwa mahasiswa merupakan harapan masyarakat untuk bangsa yang lebih baik. Kenyataannya, banyak mahasiswa yang belajar dengan biaya dari masyarakat, sehingga pengabdian mahasiswa bagi masyarakat sangat diharapkan.
Bicara soal pengabdian, mahasiswa juga mengenal yang namanya Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Jadi, itulah yang membedakan antara mahasiswa dan siswa. Pengabdian masyarakat. Tugas seorang mahasiswa yang pertama adalah belajar dan menuntut ilmu sebaik-baiknya, menerapkan ilmu melalui penelitian, kemudian mengaplikasikannya sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat. Â Hubungan dengan masyarakat ini juga merupakan pergerakan mahasiswa secara horizontal, dengan pencerdasan dan tindakan nyata meningkatkan kualitas negara dari ruang lingkup yang kecil. Pergerakan mahasiswa juga dapat dilakukan secara vertikal, yaitu melalui demo atau diskusi langsung dengan pihak pemerintah.
Saya sebagai "freshman" yang baru menyandang predikat "maha" setelah beberapa tahun menjadi siswa merasa punya kewajiban baru yang jauh lebih berat dari sebelumnya. Sebagai mahasiswa, kita harus dapat membuka mata terhadap apa-apa yang terjadi di sekitar kita, di negara, dan di dunia. Kita harus dapat menelaah realitas bangsa secara zoom-in dan zoom-out. Agar tindakan yang dilakukan efektif dan tepat sasaran.
Setelah menelaah lebih lanjut masalah kemahasiswaan ini, saya jadi ingin tahu, sebenarnya, yang mana yang lebih diharapkan masyarakat, mahasiswa yang rajin berdemo, melakukan aksi di jalan, berorasi, atau mahasiswa yang rajin belajar, mengikuti kegiatan keprofesian yang sesuai, lalu melakukan pergerakan kecil-kecilan? Tolong bantu saya menjawab :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H