Tegal, 24 Juli 2024, mayoritas mata pencaharian warga Kelurahan Kudaile adalah ASN, buruh bangunan serta pedagang. Selain itu, sebagian kecil masyarakat Kelurahan Kudaile juga berprofesi sebagai pengamen dan pemulung sampah. Persoalan kemiskinan keluarga mejadi sebab utama munculnya ide warga bantaran sungai Kelurahan Kudaile dalam mecari penghasilan dengan cara mengamen dan memulung sampah.
Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia memang menghasilkan beberapa sektor-sektor ekonomi, namun tidak bisa dipungkiri pembangunan yang sudah dilaksanakan terdapat kekurangan, yaitu terciptanya kesenjangan sosial ekonomi pada masyarakat Indonesia. Kesenjangan sosial ekonomi tersebut memunculkan berbagai permasalahan, baik di pedesaan maupun di perkotaan yang masalahnya relatif lebih komplek. Salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin.
Selain permasalahan penghasilan pekerjaan yang tidak menentu, terdapat permasalahan lain yaitu lahan kosong yang dimiliki oleh pemukiman bantaran sungai. Ukuran lahan kosong yang ada di pemukiman bantaran sebesar 5x3 m, lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembuatan Akuaponik. Meskipun Kelurahan Kudaile terletak di tengah perkotaan, sebagian kecil penduduk Kelurahan Kudaile masih tergolong miskin dimana masyarakatnya hanya bergantung pada hasil mengamen dan memulung. Pendapatan dari hasil mengamen dan memulung belum sebanding dengan risiko besar yang mereka hadapi.
Berdasarkan permasalahan yang ada, dengan solutif Greenova Team dari tim PKM-PM Universitas Pancasakti Tegal membantu mengatasi dengan mengusulkan program budidaya akuaponik dengan metode recycling aquaculture system. Program ini bertujuan untuk mengurangi biaya pengeluaran warga bantaran sungai dalam pemenuhan gizi kebutuhan pangan sehingga nantinya dapat memperkuat perekonomian masyarakat serta menciptakan ketahanan pangan.
Akuaponik adalah pergabungan antara sistem budidaya akuakultur (budidaya ikan) dengan hidroponik (budidaya tanaman tanpa media tanah). Sistem akuaponik menerapkan sistem ekologi secara alami yang terdapat hubungan saling menguntungkan antara ikan dan tanaman.Â
Hubungan ini berupa, kotoran yang dihasilkan dari budidaya ikan akan disalurkan kepada tanaman karena mengandung nutrisi atau unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Tanaman akan menyerap nutrisi yang dihasilkan dari kotoran ikan tadi, dimana tanaman juga memberikan oksigen yang diperlukan oleh ikan melalui air yang sudah tersaring oleh media tanam.
Metode recycling aquaculture system digunakan sebagai metode penanaman yang efisien karena dalam sistem jenis ini amoniak yang diproduksi oleh ikan tidak hanya diubah menjadi nitrogen, tetapi juga dikeluarkan oleh tanaman dari air. Bakteri akan mengubah amoniak menjadi nitrogen yang baik untuk tanaman, sedangkan sayuran akan mengekstrak nitrogen dari air, dan membuat air menjadi aman untuk dikembalikan ke dalam kolam. Siklus ini akan terus berulang, di mana ikan akan menyediakan nutrisi dasar untuk bakteri. Bakteri tersebut menyediakan nutrisi untuk tanaman.
Keunggulan sistem budidaya akuaponik diantaranya dapat diterapkan di pekarangan sempit, tidak memerlukan media tanam, pupuk, penyiraman, hemat air, sehat, memiliki nilai estetika tinggi, dan bebas kontaminan. Jadi, akuaponik sangat prospektif untuk dikembangkan di tempat dimana air dan tanahnya langka serta mahal, seperti di wilayah perkotaan dan di daerah kering.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya