Mohon tunggu...
greenblack
greenblack Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Adzan dan Suara Pembebasan

22 Desember 2015   23:50 Diperbarui: 23 Desember 2015   00:19 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengan–tengah Persaingan Sengit hari ini dimana manusia di hadapkan pada berbagai persoalan yang sangat kompleks tentu telah memberikan nuansa tersendiri yang membutuhkan mentalitas yang kokoh demi untuk memenangi kompetisi akbar yang disajikan tuhan dalam bentuk kehidupan dunia seperti saat ini. Baik itu persaingan ideologi, politik, korporasi, budaya dan pertarungan – pertarungan yang lain yang tak bisa penulis sebut satu – persatu. Nah seringkali atas nama kompetisi masing–masing individu saling sikat saling sikut dan bahkan pada akhirnya saling bunuh diantara sesama (homo homini lupus).

Dalam realitas sosial seperti sekarang ini dimana semuanya sudah menjadi serigala (tapi bukan GGS) tentu  harus segera disikapi seserius mungkin khusunya bagi kader HMI sebagai generasi yang diharapkan Ummat, Bangsa dan Negara. Hari ini semakin banyak akal sehat dan hati nurani manusia (baca: mahasiswa) yang semakin tak berfungsi karena tertutup debu–debu kesombongan, hedonisme dan kebobrokan mental sehingga tidak heran kalau pada akhirnya setiap kompetitor menggunakan segala cara demi sebuah kemenangan yang sebenarnya semu. Kemenangan yang merugikan bagi kemanusiaan kemenangan yang sesungguhnya melahirkan penindasan dan abai terhadap prinsip – prinsip kemanusiaan. Bahkan seringkali agamapun di jadikan kuda tunggangan untuk melegitimasi kemenangannya untuk membenarkan setiap sikap dan tindakannya.

Ini sungguh sebuah kenyataan ironi dimana manusia sudah tak mampu lagi memaknai arti sebuah kemenangan dan kebebasan. Kalau demikian kenyataannya dan kalau di biarkan terus – menerus maka yang di pikirkan adalah bagaimana menindas bagaimana mengalahkan dan membunuh pesaing–pesaingnya  atas nama kebebasan dan kemenangan dalam sebuah kompetsi akbar dalam kehidupan dunia ini. Nah marilah kita merenung dan mengkaji arti sebuah kemenangan dan kebebasan melalui spirit adzan yang di kumandangkan setiap sebelum sholat lima waktu.

Pertama perlu penulis ketengahkan arti sebuah kebebasan bagi manusia. Kebebasan bukanlah ketiadaan aturan–aturan yang membatas i(lepas landas tanpa batas) yang menguasai dan mendominasi pihak lain tetapi arti sebuah kebebasan disini adalah  lepasnya manusia dari cengkraman penindasan yang menguasai yang datang dari sebuah institusi negara, lembaga pendidikan (baca: Kampus) atau dari manpun yang memperlakukan setiap individu sebagai budak yang tak punya kekuatan dan lemah. Maka melalui spirit adzan kita perlu memperjuangkan kebebasan agar kita terhindar dari penindasan karena itulah hakekat dari sebuah kemenangan.

Dalam kalimat allahu akbar pada hakekatnya menyampaikan pada kita bahwa zat yang maha besar adalah allah swt. Tidak ada yang lebih besar kekuatan dan kekuasannya daripadanNya. Sehingga manusia perlu mengakui dan menyadari bahwa dirinya tidak memiliki kekuasaan dan kekuatan. Dirinya harus menyadari sebagai makhluk lemah yang tidak boleh menyombongkan diri dan menindas yang lain.

Jika ada manusia yang merasa dirinya berkuasa dan dengan kekuasaannya bersikap atau membuat sistem yang menindas  secara fisik maupun psikis maka sesungguhnya ia adalah pribadi yang sombong dan barbar. kalau demikian di antara kita harus ada yang bangkit dan melawan kekuasaan yang menindas lagi arogan itu .tidak perlu gentar atau takut karena yang tertantancap di dalam dada kita adalah kesadaran bahwa yang pantas untuk di takuti hanyalah allah swt.

Cukuplah allah yang menundukkan dan menguasai kita. masih dalam spirit adzan berikutnya yang di kumandangkan yaitu “asyhadu allaa ilaaha illallah” yang artinya: aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain allah” ini mengajarkan kepada kita kalau kita mengakui bahwa tidak ada tuhan (baca: penguasa) lain yang bisa mengatur, memeras dan memperlakukan manusia seenaknya saja apalagi memperlakukan manusia seperti binatang piaraannya sendiri.

Kalau demikian maka segala bentuk kekuasaan yang tidak berpihak pada kemanusiaan harus ternegasi. Nah kalau semua bentuk kekuasaan dan aturan yang datang dari negara atau institusi pendidikan yang menindas sudah ternegasi maka satu–satunya kekuasaan yang sepenuhnya harus diterima hanyalah kekuasaan dan kekuatan allah swt saja tidak yang lain-lain. Sebab hanya allah swt saja tempat kita bergantung spenuhnya (Q.S. Alikhlash:2). Kalau ini yang menjadi sikap dan kesadaran hidup kita disitulah kita pasti menemukan hakekat kemerdekaan manusia seutuhnya. Demikian...

Oleh : Muzammil 

ketua bidang : Pengembangan Penelitian Pengkaderan dan Anggota (PPPA) HMI UNITRI CABANG MALANG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun