Mohon tunggu...
Just Me
Just Me Mohon Tunggu... -

-

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

33 Kali ke 12 Negara

26 November 2010   16:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:16 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Richard B. Setiawan

Di Depan Pintu Masuk Disneyland Hong Kong

Pergi ke luar negeri adalah impian saya sejak masih kuliah (1970-1973). Namun hal ini tidak pernah bisa terwujud meski saya sudah bekerja keras mengumpulkan duit dari gaji bulanan saya selama 20 tahun.

Akhirnya saya baru sadar, mengapa cita-cita saya itu tidak kunjung terlaksana…. karena ternyata saya tidak memiliki paspor, yaitu dokumen perjalanan yang sangat penting yang harus dimiliki oleh seseorang yang mau bepergian keluar negeri dan juga informasi yang cukup tentang bagaimana caranya bepergian keluar negeri.

Di Depan St. Paul’s Macau

Akhirnya pada tahun 1991 saya putuskan untuk membuat paspor, sementara saya belum tahu mau pergi ke mana, karena pada waktu itu saya masih terikat aktif bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Pada tahun 1992 saya mendapat penugasan dinas ke Pekan Baru, pucuk dicinta ulam tiba pada saat itulah saya putuskan untuk mewujudkan cita-cita saya. Dengan berbekal paspor yang sudah saya miiki pada pagi hari saya menyeberang ke Singapore dari Pelabuhan Ferry Sekupang di Pulau Batam dan sore harinya kembali lagi ke Batam dari Harbour Front di Singapore. Anda boleh percaya boleh tidak, itulah satu-satunya stempel yang ada dipaspor saya sampai dengan paspor tersebut habis masa berlakunya. Tahun 1997 saya memutuskan untuk mengundurkan diri dan berhenti dari PNS. Satu-satunya alasan kenapa saya berhenti adalah agar saya cukup punya waktu untuk bisa mewujudkan cita-cita saya melakukan perjalanan keluar negeri dengan bebas kapan saja saya suka.

Awalnya memang tidak mudah, walaupun saya sudah mempunyai paspor. Ini lantaran tidak banyak informasi tentang bagaimana caranya bepergian keluar negeri secara “independent” khususnya yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Maklum bahasa Inggris saya sangat terbatas.

Maka cita-cita saya itu sempat mengendap lagi kurang lebih selama hampir 7 tahun. Baru pada tahun 2004 akhirnya saya bisa mewujudkan lagi cita-cita saya itu dengan bepergian ke Hong Kong , itupun karena saya ketemu dengan teman yang sudah sering bepergian ke sana. Tapi setelah itu hampir setiap tahun bersama istri selalu saya sempatkan untuk jalan keluar negeri.

Perkenalan saya dengan pemilik TravelHemat.com yang sangat produktif dalam menuliskan pengalaman perjalanannya keliling dunia, lebih mengobarkan semangat saya kembali untuk menjelajahi tempat-tempat diluar negeri yang belum pernah saya kunjungi.

Sudah berkali kali mas Agung Basuki meminta saya mensharingkan pengalaman perjalanan independent saya, akan tetapi karena saya selalu berjalan sebelum e-booknya terbit, saya pikir apa yang beliau tulis di TravelHemat.com sudah lebih dari cukup dibandingkan dengan pengalaman saya pribadi.

Tapi perjalanan independent saya yang terakhir ke Shenzhen – Hong Kong – Macao pada akhir September sampai dengan awal Oktober 2010 yang baru lalu, yang merupakan perjalanan saya yang ke 33 dari 12 negara, betul-betul berdasarkan apa yang tertulis dalam e-booknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun