Berkunjung ke Bangkok – ibukota Thailand, bukan barang baru lagi untuk sebagian masyarakat Indonesia. Banyak pelancong sengaja meluangkan waktu untuk berbelanja berbagai produk khas Thailand yang dijual –baik di pasar-pasar tradisional, hingga mall papan atas. Salah satu produk khas yang banyak dicari lantaran digemari oleh pelancong mancanegara adalah kain sutera Thailand. Agung Basuki (pendiri TravelHemat.com dan TravelHematShop.com) akan menceritakan kunjungannya ke salah satu museum paling terkenal di Bangkok ini.
Harus diakui, popularitas Thai Silk saat ini sudah tersebar ke berbagai pelosok dunia. Bahkan, maskapai nasional negara Gajah Putih tersebut –Thai Airways, malah menggunakan motto ‘smooth as silk’ untuk memperkuat positioningnya di benak konsumen agar diasosiasikan dengan sutera Thailand yang sangat terkenal itu.
Pintu Masuk ke Jim Thompson Museum - Bangkok
Kemasyuran yang berhasil dicapai oleh sutera Thailand saat ini, sebenarnya tidak lepas dari peran seorang arsitek yang sekaligus seorang entrepreneur berkewarganegaraan Amerika kelahiran 1906 bernama James Harrison Wilson Thompson, atau yang lebih populer disebut Jim Thompson yang pertama kali datang ke Thailand pada awal tahun 1940an, saat dunia tengah disibukkan oleh kecamuk Perang Dunia II. Lantaran terpesona oleh keindahan bumi Thailand, Jim Thompson memutuskan untuk kembali lagi ke Bangkok setelah perang berakhir. Bahkan kali ini, ia memutuskan untuk tinggal selama-lamanya di Thailand setelah melihat potensi terpendam yang disimpan oleh produk sutera negeri seribu pagoda yang saat itu hanya dianggap sebagai komoditas biasa yang tak bernilai.
Jim membeli sebidang tanah seluas setengah hektar tepat di bibir Sungai Khlong Maha Nak yang melintasi kota Bangkok, dan mendirikan sebuah perusahaan trading bernama Jim Thompson Thai Silk Company, yang reputasinya mendunia dengan pesat sebagai eksportir terkemuka untuk kain sutera Thailand. Berkat kerja kerasnya itu, sutera Thailand saat ini telah menjadi salah satu komoditas ekspor utama yang paling dibanggakan oleh masyarakat Thailand karena berhasil masuk ke hampir 150 negara di seluruh dunia.
Sebagai arsitek yang memiliki selera tinggi dan memperhitungkan nilai estetika sebuah bangunan, Jim bekerjasama dengan seorang arsitek lokal untuk membangun tempat tinggal sekaligus workshop di sebidang tanah miliknya itu. Enam rumah panggung tradisional Thailand yang mayoritas terbuat dari kayu dibelinya dari berbagai daerah di Thailand. Ke-enam rumah kayu tersebut dipindahkan secara knock-down dari daerah asalnya ke tempat yang baru, untuk kemudian dibangun lagi, bilah demi bilah sehingga tercipta enam buah bangunan rumah kayu khas Thailand yang menyatu dalam sebuah kesatuan dengan dominasi warna merah marun di bagian eksteriornya. Koridor dan teras sengaja dibuat untuk menghubungkan berbagai ruangan dari keenam bangunan tersebut.
Foto kamar Jim Thompson yang saya ambil secara diam-diam…
Temukan eksotisme Asia Tenggara melalui ebook yang berisi panduan berlibur hemat ke 3 kota utama di Asia Tenggara, yakni Singapura, Kuala Lumpur dan Bangkok, dalam serial Ebook berbahasa IndonesiaDI SINI! << KLIK!