Ketika hendak melakukan perjalanan hemat ke luar negeri, kebanyakan orang lebih memperhatikan bagaimana mencari tiket pesawat dan hotel murah. Padahal, ada satu elemen penting lainnya yang sering dilupakan, namun justru sebenarnya sering menghabiskan banyak biaya: budget belanja makanan.
Agung Basuki - TravelHemat.com memberikan beberapa tips hasil perjalanannya bertahun-tahun ke berbagai tempat di penjuru dunia – strategi menghemat budget belanja makanan tanpa harus menderita kelaparan atau mengalami malnutrisi namun tetap bisa menikmati citarasa kuliner setempat.
Tips #1: Breakfast is the key
Berbagai tempat di dunia memiliki kebiasaan makan pagi yang berbeda. Di kebanyakan negara Asia, makan pagi cenderung disajikan berlimpah dan mengenyangkan (apalagi kalau kita bermalam di hotel yang menyajikan all you can eat buffet breakfast), sementara di tempat lain (misalnya di Eropa), makan pagi cenderung sangat simpel dan tidak mengenyangkan.
Carilah informasi tentang kebiasaan makan pagi masyarakat setempat sebelum Anda berangkat ke tempat tujuan jika kebetulan tempat penginapan Anda tidak menyediakan makan pagi sebagai bagian yang termasuk dalam biaya penginapan. Misalnya, harga satu set menu American Breakfast di Amerika Serikat atau Continental Breakfast di Inggris biasanya lebih murah daripada harga set menu untuk makan siang atau makan malam, sehingga lebih baik Anda mengeluarkan uang untuk makan pagi daripada melewatkannya begitu saja dengan alasan perut belum lapar.
Usahakan untuk makan sampai kenyang saat pagi hari sebelum memulai aktifitas. Makan pagi dengan porsi besar biasanya cukup memberikan energi buat tubuh Anda hingga tiba saat makan malam. Sementara untuk siang harinya Anda cukup membeli sekedar makanan ringan.
Nah, jika hotel yang Anda tinggali menyajikan all you can eat buffet breakfast, hmm.... jangan sia-siakan kesempatan ini. Makanlah hingga kenyang, dan sempatkan juga untuk membawa beberapa potong roti atau makanan praktis lainnya sebagai ‘bekal’ makan siang ke dalam tas/ransel Anda. Namun demikian, lakukanlah dengan hati-hati (baca: diam-diam) karena kebanyakan hotel tidak mengizinkan para tamunya melakukan hal ini.
Tips #2: Save the best for last
Misalnya, Anda berencana untuk tinggal selama 3 malam di Roma dan berkinginan setiap malam bisa menikmati makanan khas setempat. Anda sudah membudgetkan 20 Euro untuk setiap makan malam, sehingga total budget makan malam selama 3 hari Anda di Roma adalah 60 Euro.
Pada malam pertama, kunjungi penjual makanan di pinggir jalan untuk membeli beberapa potong pizza (biasanya berukuran cukup besar) secara take-away dengan harga total 6-7 Euro (untuk 2-3 potong) atau membeli berbagai jenis Italian Panini seharga 4-6 Euro/biji. Malam kedua, cobalah cicipi sajian makanan di berbagai trattoria (depot/warung) di sekitar tempat Anda tinggal, di mana untuk satu porsi besar lasagna, spaghetti, fettuccini maupun berbagai makanan berbahan pasta lainnya dihargai 8-10 Euro. Nah, dengan demikian, uang Anda masih bersisa 43-46 Euro di malam terakhir, yang bisa Anda pakai untuk menikmati fancy and elegant dinner di sebuah resto kelas menengah-atas tanpa harus merogoh kantong lebih dalam lagi.
Tips #3: Eat like locals
Di Jerman, harga sebotol beer lokal bisa jadi lebih murah daripada sebotol air mineral. Sementara harga sepanci besar mosselen di Belgia (sejenis kerang bercangkang hitam khas perairan Laut Utara) yang biasanya dimasak dengan campuran bawang Bombay dan anggur merah, harganya jauh lebih murah daripada makanan sejenis di Shanghai. Demikian pula, makan pagi di Paris akan lebih murah ketika Anda memesan croissant plus beberapa potong keju Prancis dan segelas jus d’orange daripada dua lembar roti panggang plus mentega dan telur mata sapi yang biasanya Anda konsumsi untuk makan pagi di rumah. Kesimpulannya, upayakan untuk selalu menemukan jenis makanan yang biasa disajikan oleh restoran dan populer dikonsumsi masyarakat setempat yang dapat diperoleh dengan mudah dan murah daripada memilih jenis makanan kesukaan Anda yang tidak umum disajikan oleh resto setempat. Makanan yang tampaknya sederhana di kota tempat tinggal Anda bisa jadi merupakan produk ‘mewah’ di negara lain seperti halnya harga semangkuk soto ayam di Jakarta yang mungkin hanya berkisar Rp 5-10 ribu rupiah, bisa dijual dengan harga 7-12 Euro di Belanda.
Strategi simpel ini sangat membantu Anda untuk menekan pengeluaran dalam hal makanan. Lagipula, mencicipi makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat lokal adalah salah satu cara terbaik untuk mempelajari tata cara dan budaya yang berbeda –salah satu dari sekian banyak alasan why people love traveling.
Tips #4: Shop @ Supermarket
Meski Anda tinggal di kota besar seperti Jakarta atau kota besar lainnya, tentu Anda tidak makan di restoran setiap hari, kan? Nah, saat melakukan perjalanan ke luar negeri, mengapa kebanyakan dari kita merubah kebiasaan tersebut? Mungkin Anda beralasan, bahwa di tempat Anda bermalam saat traveling, tidak tersedia peralatan memasak yang memadai. Meski demikian, bukan berarti bahwa Anda harus menghabiskan banyak uang hanya untuk makan di restoran.
Di hampir setiap kota di seluruh dunia, pasti terdapat supermarket yang menjual berbagai pilihan makanan (siap saji) dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan jika Anda makan di restoran. Bisa juga Anda berbelanja berbagai produk makanan seperti roti, keju, sayuran segar, potongan daging asap, makanan dalam kaleng siap makan untuk membuat sandwich sesuai selera Anda sendiri serta berbagai pilihan minuman dalam kaleng.
Dalam satu kesempatan ke Bucharest, saya sempat terkejut ketika berbelanja di pasar tradisional setempat, saya hanya perlu mengeluarkan uang setara 1 US$ sekian puluh sen untuk sebungkus roti gandum, beberapa puluh gram daging asap, tiga buah pear segar dan dua kaleng minuman ringan produksi lokal. Bahan makanan tersebut bisa ’menghidupi’ saya selama seharian penuh. Hemat kan?
Tips #5: Away from the crowd
Di tempat-tempat pusat turisme, resto dan café yang ada di sana biasanya memasang harga selangit. Maklum, biasanya para turis selalu dianggap berkantong tebal dan siap menghambur-hamburkan uang.
Padahal, di tempat yang tak seberapa jauh dari pusat keramaian turisme tersebut, terdapat resto atau café yang menyajikan makanan dan minuman serupa, yang memasang harga hingga separoh lebih murah.
Tanyakan kepada petugas di hotel tempat Anda menginap, atau kepada supir taksi setempat: di mana mereka biasa makan – bukan di mana tempat restoran terbaik di kota tersebut? Dengan demikian, Anda bakal menemukan alternatif resto atau café dengan harga lebih miring, yang bisa jadi memiliki kualitas tak kalah dengan resto atau café di daerah pusat turisme.
Silakan berlangganan newsletter GRATIS seputar info penting tentang traveling dari TravelHemat.com dan dapatkan pula ebook GRATIS 'My Journey' DI SINI!
Jika Anda memiliki akun Facebook, Twitter dan/atau Google+, silakan bagikan artikel ini kepada teman-teman Anda. Siapa tahu mereka membutuhkannya :-)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H