Mohon tunggu...
xxxxx xxxxx
xxxxx xxxxx Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Penulis Paruh Waktu

xx xxxx xxxx

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola Remaja: Lupakan Liga Nasional, Fokus Liga Regional

27 Februari 2023   22:18 Diperbarui: 27 Februari 2023   23:15 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengelolaan sepak bola usia remaja di Indonesia, menjadi topik penting untuk diperbincangkan, terutama dalam perspektif wacana kritis. Beberapa masalah yang muncul dalam pengelolaan sepak bola usia remaja di Indonesia adalah kurangnya dukungan infrastruktur dan tidak jelasnya model atau skema liga remaja ditambah kurikulum sepak bola yang belum dibentuk secara nasional.

Berkaca pada Jepang dan Korea Selatan misalnya, mereka memiliki liga remaja yang berjalan dengan baik dan terstruktur, serta berjenjang dari level daerah hingga nasional. Dengan mempertimbangkan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, sudah saatnya kita mengkritisi dan menghentikan liga remaja yang mengarah pada perebutan juara tingkat nasional. Kemudian menggantinya dengan liga tingkat regional, dengan tujuan agar lebih efektif dan efisien dalam biaya dan waktu.

Dengan mempertimbangan faktor geografis dan faktor ekonomi diatas, tentu akan lebih baik jika pengelolaan sepak bola usia remaja dikelola secara regional. Dengan syarat setiap regional liga remaja harus terafiliasi dengan klub profesional dan universitas yang memiliki fakultas Ilmu Olahraga.

Klub profesional berfungsi sebagai kiblat dan koordinator liga, agar terbentuk pemain sepakbola yang sesuai dengan kurikulum yang dibuat berdasarkan kebutuhan klub modern dan profesional. 

Sedangkan Fungsi kampus, dalam hal ini fakultas Ilmu Olahraga sebagai penanggung jawab sektor pendidikan para calon atlit profesional. Karna dalam praktiknya, tidak semua atlit akan dapat kontrak profesional, sehingga atlit remaja ini dapat melanjutkan dan menyelesaikan studinya dan berkarir dalam bidang lain. Ini juga akan mempermudah langkah Askot, Askab & Asprov PSSI dalam menggulirkan liga.

Kompetisi regional yang dikelola secara sistematis dan memiliki "road map" yang jelas, akan mudah di evaluasi, di kembangkan bahkan ditingkatkan kualitasnya. Dengan cara ini, para atlit sepak bola usia remaja dapat memperoleh pelatihan yang lebih baik, karna semua langkah yang diambil berdasarkan data valid di lapangan. Liga yang Akuntabel juga akan lebih mudah diwujudkan, dengan terlibatnya akademisi kampus sebagai pendamping asosiasi dalam menjalankan liga regional remaja.

Kondisi sepakbola remaja saat ini cukup mengerikan, telah terbangun pola pikir yang sangat berbahaya di kalangan pengelola sepakbola remaja. Sepakbola tidak bisa disamakan dengan olimipade Eksakta atau humaniora, dimana juara kabupaten bisa di lombakan lagi ditingkat regional maupun nasional. Prestasi puncak atlit sepak bola remaja adalah peningkatan skill kemudian mendapat kontrak profesional dari klub profesional.

Kekeliruan pengelolaan liga dan turnamen usia remaja  yang sering terjadi, negara melalui berbagai instrumennya sering menggelar liga atau turnamen, juara liga atau turnamen tersebut terus bermain hingga level nasional. Namun berapa banyak dari mereka yang memenuhi ekspektasi klub profesional dan mendapatkan kontrak?. Sangat sulit menjawabnya, karna tidak pernah ada data yang jelas.

Penting untuk dijadikan pedoman bahwa prestasi pesepakbola remaja bukanlah menjadi juara liga dan turnamen lokal- kelompok umur, tetapi lebih pada memahami skill dasar sepakbola. Latihan yang terstandar saat usia remaja, selain bisa meningkatkan sklill dasar, juga bisa membantu atlit sepakbola mencapai tinggi badan dan berat badan yang maksimal. 

Bahwa sudah seharusnya pengembangan bakat dan pelatihan yang diberikan kepada atlit, memliki tujuan untuk mempersiapkan para atlit sepak bola usia remaja untuk memasuki dunia olahraga profesional. Atlit remaja sepak bola tidak perlu diadu hingga level nasional, cukup fokus pada pengembangan bakat dan kemampuan pribadi untuk memenuhi semua indikator pada kurikulum sepakbola, sehingga dapat bergabung kedalam klub profesional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun