PTN B yang hanya mensyaratkan bidang studi S2, bisa jadi tengah mengembangkan prodinya kearah konsentrasi/ peminatan rumpun ilmu tertentu. Bisa juga karena faktor pendaftar yang minim (lokasi kampus ada di daerah 3T), sehingga PTN B mencoba memudahkan syarat administratif, tanpa melanggar regulasi yang ada.
Optimis dan Realistis Dalam Menempuh Studi Magister
Dari pemaparan sebelumnya, kita bisa sedikit meraba-raba arah kebijakan PTN/ PTS dalam merekrut calon dosen untuk program studinya. Bagi yang calon dosen yang menempuh studi S2-nya tidak sesuai dengan S1 harus tetap optimis, dan mencoba melakukan publikasi-publikasi yang sesuai dengan peminatan saat tesis. Sehingga menciptakan keterkaitan penelitian antara studi S1 dan S2-nya.
Disini saya mencoba mengelompokan mahasiswa magister kedalam 3 (tiga) kelompok :
Pertama adalah kelompok mahasiswa yang memang mempersiapkan diri menjadi dosen. Kelompok mahasiswa ini umumnya realistis, mereka melanjutkan pendidikan S2 sesuai dengan S1-nya. Bahkan bagi alumni magister kampus-kampus top dalam negeri sebelum lulus, sebagian kecil sudah dihubungi oleh kampus-kampus tertentu agar mau menjadi dosen, dan langsung diangkat jadi dosen tetap.
Kedua adalah kelompok mahasiswa yang tujuan awalnya adalah untuk mengembangkan kompetensi diri, kurang "klik" dengan program studi S1-nya, pengembangan jenjang karir, dll. Sehingga memutuskan menempuh pendidikan lintas program studi, bahkan lompat ke fakultas lain.
Misalnya sarjana teknik, yang banyak menempuh S2 di prodi Manajemen (dengan peminatan tesis Manajemen Industri, Manjemen Produksi, dll). Â Atau yang sempat populer, mahasiswa dari berbagai program studi ramai-ramai menempuh S2 Ilmu Komunikasi.
Jika hendak menjadi dosen tetap, alumni kelompok kedua ini umumnya harus bekerja ekstra untuk mendapatkan kampus. Akan tetapi, kelompok mahasiswa lintas fakultas ini, jika punya karir non-dosen yang baik, berpeluang besar jadi dosen praktisi (sebagai dosen tamu). Bahkan regulasi terbaru, memungkinkan untuk seorang praktisi memiliki jabatan fungsional seperti dosen pada umumnya.
Ketiga adalah kelompok mahasiswa yang lompat fakultas, tapi masih mempelajari bidang ilmu yang benar-benar identik secara nomenklatur dan mata kuliah yang dipelajari, hanya beda cakupannya saja. Misalnya S1 FKIP Biologi ke S2 FMIPA Biologi, S1 Faperta Agribisnis ke S2 FEB Ekonomi Pembangunan, berlaku sebaliknya. Kelompok ini umumnya bisa lebih diterima, dibanding kelompok kedua.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan kampus merekrut dosen, selain kesuaian pendidikan S1 dan S2-nya adalah, faktor domisili calon dosen (jika domisi jauh, dikawatirkan menagjukan pindah homebase). Kesedian calon dosen terhadap gaji yang sering kali minimalis, pandangan politik calon dosen (sejumlah kampus dikelola yayasan yang berafiliasi dengan politisi tertentu), afiliasi dengan ormas keagamaan tertentu (sebagian kampus keislaman mengutamakan kadernya, dll.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H