Pernyataa Emmanuel Macron terkait pemberian dukungan terhadap Sekularisme Perancis yang secara bersamaan juga menumbuhkan islamofobia di Eropa. Apalagi dengan pernyataan Macron yang deskriminatif yang akan memberlakukan undang-undang lebih ketat terhada minoritas Muslim di Perancis pantas saja menyulut reaksi keras dari berbagai belahan dunia.
Kita tentu setuju, mengelola konflik memang bukan hal yang mudah, apalagi ketika kita sendiri menjadi "korban"dari sebuah konflik yang amat menyakitkan, khususnya bila konflik itu berujung pada tindak kekerasan. Namun, kita juga harus paham, tak pernah ada cerita indah tentang kekerasan yang berbalas kekerasan.
Mengatakan agama sebagai sumber konflik adalah sangat tidak berdasar. Penelitian penulis menyimpulkan bahwa agama pada dirinya tidak memiliki sumber konflik.
Konflik yang mengatasnamakan agama sesungguhnya bukan berasal dari diri agama itu, sebaliknya berasal dari luar agama, yang biasa disebut orientasi beragama yang hanya untuk kepentingan individu atau kelompok, dan bukan untuk kemuliaan agama itu.
Dengan demikian dapat lebih dipertegas, bahwa tidak ada hal yang spesifik dari perbedaan antar agama itu sendiri yang bisa membuatnya memiliki kecenderungan untuk menjadi konflik.
Agama-agama pada dirinya selalu ingin menebarkan kedamaian, kerukunan dan kesejahteraan bersama. Maka, agama seharusnya tidak boleh menjadi bagian dari konflik, apalagi jadi pemicu konflik. Posisi agama yang terhormat di Indonesia meneguhkan bahwa misi perdamaian adalah sesuatu yang inheren dalam diri agama-agama itu.
Perancis perlu bersikap arif merespon pluralitas
Seperti dikatakan oleh Marthin Luther King, "Apabila kita tidak dapat hidup bersama, maka kita akan mati bersama. Bagi Marthin Luther King, Pluralitas adalah keniscayaan, dan jangan seorangpun mencederainya.
Perancis tidak perlu melakukan tuduhan yang didasari doktrin sekularisasi yang telah usang. Mimpi dunia tanpa agama adalah mustahil. Apalagi agama itu melekat dalam diri manusia, itulah sebabnya kebebasan beragama menjadi hak yang paling azasi.
Perancis perlu Belajar dari Presiden Jeques Chirac yang menanggapi postif protes negara islam terhadap provokasi terang-terangan Tabloid Charlie Hebdo yang mengatakan, "Apapun yang dapat melukai keyakinan orang lain, khususnya keyakinan beragama harus dihindari."