Mohon tunggu...
Binsar Antoni  Hutabarat
Binsar Antoni Hutabarat Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, penulis, editor

Doktor Penelitian dan Evaluasi pendidikan (PEP) dari UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA. Pemerhati Hak-hak Azasi manusia dan Pendidikan .Email gratias21@yahoo.com URL Profil https://www.kompasiana.com/gratias

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Keresahan Penjual Mendoan Hadapi Puncak Penyebaran Covid-19

8 April 2020   21:23 Diperbarui: 8 April 2020   21:34 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghadapi puncak penyebaran corona yang menurut prediksi terjadi pada bulan Mei, Usaha Modal Kecil Menengah (UMKM), sperti penjual tempe mendoan dan  lumpia  mulai merasa resah. Pasalnya, bukan hanya Jakarta yang akan menerapkan pembatasan sosial berskala besar(PSBB). Bekasi tempat penjual tempe mendoan itu berdagang juga sedang  mempersiapkan menerapkan PSBB  

Perekonomian dunia terus mengalami kelemahan, demikian juga perekonomian Indonesia. Rencana Pemerintah memotong  gaji menteri, direksi, komisaris BUMN, juga pegawai negeri membuktikan Indonesia sedang megalami pelemahan ekonomi.

Pelemahan ekonomi Indonesia terlihat dengan banyaknya kasus pemutusan hubungan kerja, sampai pada perumahan karyawan tanpa gaji. Kondisi ini secara langsung akan menyasar pendapatan usaha modal kecil menengah (UMKM) seperti penjual Tempe Mendoan dan Lumpia di jalan Duta Raya.

Dua hari lagi Jakarta akan menerapkan pembatasan sosial berskala besar. Bekasi, Depok dan Banten sebagai kota-kota penyangga sedang berencana mengikuti jejak Jakarta. Keikutsertaan Bekasi Depok dan Banten menerapkan PSBB itu mendapata dukungan Menteri Kesehatan, alasan jelas untuk efektivitas penerapan PSBB.

Mereka yang paling terdampak dengan penerapan PSBB bukan hanya pengemudi ojek online yang tidak boleh mengangkut penumpang tapi juga para UMKM seperti penjual Tempe mendoan yang harus berpikir keras, bagaimana mendapatkan dana pada waktu Jakarta, Depok, Bekasi dan Banten menerapkan PSBB.

Pemerintah memang berjanji memberikan kebutuhan dasar mereka yang terdampak, tapi bagaimana membiayai kehidupan keluarga mereka di kampung. UMKM seperti penjual tempe mendoan itu ibarat memakan buah simalakama, mudik jadi ODP (orang dalam Pemantauan), tidak mudik, diam dirumah, keuangan terancam, belum lagi biaya kontrakan yang  harus meraka bayar.

Pedagang Tempe mendoan itu sudah belasan tahun berjualan di tempat itu. Kehidupan keluarganya hanya mengandalkan usaha itu, Pada bulan puasa omzet nya meningkat pesat. Tapi, dengan penerapan PSBB, dengan perekonomian yang makin melemah, masyarakat tentu akan sangat berhati-hati menggelontorkan uangnya untuk menjaga agar kebutuhan hidup merek dapat terus berlangsung.

UMKM menghadapi dilema yang tidak mudah. Mereka tentu berharap bantuan yang diberikan bisa menolong mereka bukan hanya memenuhi kebutuhan mereka selama tidak mudik, tetapi juga keluarga mereka di kampung. Jika mereka tetap menggelar jualan mereka, bisakah mereka bertahan dengan pendapatan yang makin merosot?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun